Banyak
perusahaan menghadapi sebuah masalah-masalah harus menciptakan produk baru,
tetapi kemungkinan sukses sangat kecil. Secara keseluruhan, untuk menciptakan
produk baru yang berhasil, perusahaan harus memahami pelanggannya, pasar, dan
pesaing serta mengembangkan produk yang memberikan nilai yang unggul bagi pelanggan.
Perusahaan harus mempunyai rencana produk baru yang kuat dan mempersiapkan
proses pengembangan produk baru yang sistematis untuk menemukan dan
mengembangkan produk-produk baru.
1. Cara
Perusahaan Menemukan dan Mengembangkan Ide Produk Baru
Pengembangan
produk baru dimulai dengan penciptaan ide. Perusahaan menemukan dan
mengembangkan ide produk baru dari berbagai sumber. Banyak ide produk baru
berasal dari sumber internal. Perusahaan mengadakan riset dan pengembangan
resmi, memilih ide dari karyawan mereka, dan mengadakan tukar pikiran dalam
rapat eksekutif. Ide lain datang dari sumber eksternal. Dengan mengadakan
survei dan kelompok fokus serta mengalisis pertanyaan dan keluhan pelanggan,
perusahaan dapat menghasilkan ide produk baru yang akan memenuhi kebutuhan
spesifik konsumen.
Perusahaan
melacak penawaran pesaing dan menginspeksi produk baru, memilih produk,
menganalisis kinerja produk, dan memutuskan apakah mereka akan memperkenalkan
yang sama atau produk yang lebih baik. Distributor dan pemesok berada dekat
dengan pasar dan dapat menyalurkan informasi tentang masalah konsumen dan
kemungkinan produk baru.
2.
Langkah-Langkah dalam Proses Pengembangan Produk Baru
Ada
beberapa tahapan dalam melakukan pengembangan produk baru yang harus dilakukan
sesuai dengan urutannya, tahapan tersebut antara lain:
a. Penciptaan ide.
b. Penyaringan ide. Pengurangi
jumlah ide berdasarkan kriteria perusahaan sendiri, ide yang lolos dari tahap
penyaringan ini dilanjutkan ke tahap
c. Pengembangan konsep produk.
Versi detail ide produk baru dinyatakan dalam segi konsumen yang berarti.
d. Pengujian konsep. Konsep
produk baru yang diuji dengan sekelompok konsumen sasaran untuk menentukan
apakah konsep mempunyai kecocokan yang kuat dengan konsumen.
e. Pengembangan strategi
pemasaran, dimana strategi pemasaran awal bagi produk baru dikembangkan dari
konsep produk.
f. Analisis bisnis. Tinjauan
ulang penjualan, biaya, dan proyeksi laba bagi produk baru dilakukan untuk
menentukan apakah produk baru itu memuaskan tujuan perusahaan. Dengan hal yang
positif di sini, ide menjadi lebih nyata melalui.
g. Pengembangan produk dan
pemasaran uji dan akhirnya diluncurkan selama tahap
h. Komersialisasi.
2.1.
Mengatur Pengembangan Produk Baru
Proses
pengembangan produk baru yang dipaparkan di atas, menunjukkan aktivitas penting
yang diperlukan untuk menemukan, mengembangkan, dan memperkenalkan produk baru.
Namun, pengembangan
produk baru
membutuhkan lebih dari sekedar melewati beberapa tahapan. Perusahaan harus
mengambil pendekatan yang menyeluruh untuk mengatur proses ini. Pengembangan
produk baru yang berhasil perlu berpusat pada pelanggan, berdasarkan tim, dan
usaha yang sistematis.
Pengembangan
produk baru yang berpusat pada pelanggan merupakan pengembangan produk baru
yang berfokus pada menemukan cara baru untuk memecahkan masalah pelanggan dan
memberikan pengalaman yang lebih memuaskan bagi pelanggan. Pengembangan produk
baru berdasarkan tim adalah sebuah pendekatan untuk mengembangkan produk baru
di mana berbagai departemen bekerja secara erat, melewati beberapa tahapan
dalam proses pengembangan produk baru untuk menghemat waktu dan meningkatkan
efektifitas.
Pengambangan
produk baru haruslah secara holistik dan sistematis daripada secara acak. Bila
tidak, sedikit ide baru yang akan naik ke permukaan, dan banyak ide bagus akan
tenggelam dan mati. Untuk menghindari masalah ini, perusahaan dapat memasang
sistem manajemen inovasi untuk mengumpulkan, meninjau, mengevaluasi dan
mengatur ide produk baru.
2. 2. Strategi Siklus Hidup
Produk
Setelah
meluncurkan produk baru, manajemen menginginkan suatu produk agar menikmati
hidup yang panjang dan bahagia. Walaupun mereka tidak mengharapkan produk
terjual selamanya, perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang cukup untuk
menutup semua usaha dan resiko yang mereka tempuh pada saat meluncurkan produk.
Manajemen mengetahui bahwa masing-masing produk akan mempunyai siklus hidup
masing-masing, walaupun bentuk dan rentang waktunya tidak diketahui di masa
yang akan datang. Siklus hidup produk (Product
life cycle) merupakan perjalanan dari penjualan dan keuntungan produk
selama masa hidupnya. Penjualan produk tertentu mengikuti kurva bentuk S yang
mencangkup lima tahap yang berbeda yaitu pengembangan produk, pengenalan,
pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan (Budi, 2015).
Siklus
dimulai dengan tahap pengembangan produk ketika perusahaan menemukan dan
mengembangkan ide produk baru. Tahap pengenalan ditandai dengan pertumbuhan
yang lambat dan laba yang rendah ketika produk didistribusikan ke pasar. Jika
berhasil, produk memasuki tahap pertumbuhan, yang menawarkan pertumbuhan
penjualan yang pesat dan peningkatan laba. Berikutnya, tahap kedewasaan ketika
pertumbuhan penjualan melambat dan laba stabil. Terakhir, produk memasuki tahap
penurunan di mana penjualan dan laba menurun.
Tugas
perusahaan selama tahap ini adalah mengenali penurunan dan memutuskan apakah
perusahaan harus mempertahankan, memanen, atau menyingkirkan produk.
Gambar 1.1. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle)
2.3.
Strategi Pemasaran Berubah Selama Siklus Hidup Produk
Dalam
tahap pengenalan, perusahaan harus memilih startegi peluncuran yang konsisten
dengan positioning produk yang di
maksudkan. Banyak uang yang dibutuhkan untuk menarik distributor dan membangun
persediaan mereka dan memberitahu konsumen tentang produk baru dan mendapatlkan
percobaan. Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan terus mendidik konsumen dan
distributor potensial. Selanjutnya perusahaan berusaha untuk tetap memimpin
persaingan dan mempertahankan pertumbuhan pasar yang cepat dengan meningkatkan
kualitas produk, menambahkan fitur dan model produk baru, mengubah iklan dari
membangun kesadaran produk menjadi membangun keyakinan dan pembelian produk,dan
menurunkan harga pada saat yang tepat untuk menarik pembeli baru.
Dalam
tahap kedewasaan, perusahaan terus berinvestasi untuk mendewasakan produk dan
mempertimbangkan modifikasi pasar, produk, dan bauran pemasaran. Ketika
memodifikasi pasar, perusahaan berusaha meningkatkan konsumsi produk. Ketika
memodifikasi produk, perusahaan mengubah beberapa karakteristik produk seperti
kualitas, fitur, atau gaya untuk menarik pengguna baru dan menginspirasi lebih
banyak penggunaan. Ketika memodifikasi bauran
pemasaran,
perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dengan mengubah satu atau lebih
elemen bauran pemasaran.
Setelah
perusahaan menyadari bahwa produk telah memasuki tahap penurunan, manajemen
harus memutuskan apakah mereka akan mempertahankan produk tanpa perubahan,
berharap perusahaan pesaing akan keluar dari pasar, memanen produk, mengurangi
biaya, dan berusaha mempertahankan penjualan, atau menyingkirkan produk,
menjualnya ke perusahaan lain atau melikuidasi produk pada harga sisa.
2.4.
Pertimbangan Tambahan Produk dan Jasa
Produsen
harus mempertimbangkan dua masalah tambahan produk, yang pertama adalah
tanggung jawab sosial. Tanggung jawab ini meliputi masalah kebijakan publik dan
peraturan yang melibatkan tindakan meraih atau membuang produk, perlindungan
hak paten, kualitas dan keamanan produk, dan jaminan produk. Masalah kedua
yaitu melibatkan tantangan khusus yang dihadapi produsen produk dan jasa
internasional. Pemasar internasional harus memutuskan berapa banyak biaya yang
diperlukan untuk menstandarkan atau menyesuaikan penawaran mereka bagi pasar
dunia.
3.
Indikator Keberhasilan Usaha
Berikut merupakan indikator-indikator
keberhasilan dari suatu usaha menurut pakar:
Kemampuan menyesuaikan diri, produktifitas, kepuasan kerja, kemampuan
mendapatkan laba dan pencarian sumber daya
(Steers, 1978).
Suranti (2006:46), berpendapat bahwa indikator keberhasilan usaha dapan
dinilai melalui 3 pendekatan yaitu :
a) Pendekatan pencapaian
tujuan menyebutkan bahwa keberhasilan usaha harus dinilai sehubungan dengan
pencapaian tujuan yaitu mendapatkan laba atau keuntungan yang merupakan selisih
antara harga jual dengan biaya produksi.
b) Pendekatan sistem
mengatakan bahwa keberhasilan usaha dinilai cara yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan akhir yaitu bagaimana hubungan antar individu dalam unit usaha dapat
bekerjasama dan koordinasi sehingga tercipta kondisi kerja yang kondusif.
c) Pendekatan konstituensi
strategis menyatakan bahwa keberhasilan usaha dinilai dari hubungan baik dengan
mitra kerja yang menjadi pendukung kelanjutan unit usaha. Kotler (1997:58)
menyebut bahwa yang termasuk mitra usaha/ pihak yang berkepentingan antara lain
pelanggan, karyawan, dan pemasok.
Keberhasilan
usaha adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang produktif dan
tercapainya tujuan organisasi (Ina Primiana, 2009)
Keberhasilan
usaha dapat dilihat dari efisiensi proses produksi yang dikelompokkan
berdasarkan efisiensi secara teknis dan efisiensi secara ekonomis (Algifari,
2003).
Apabila setelah
jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami peningkatan baik dalam
permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan”
(Erliah, 2007).
Indikator keberhasilan usaha menurut Dwi Riyanti
(2003), dapat dilihat dari :
a) Peningkatan dalam akumulasi modal atau
peningkatan modal
b) Jumlah produksi
c) Jumlah pelanggan
d) Perluasan usaha
e) Perluasan daerah pemasaran
f) Perbaikan sarana fisik dan
g) Pendapatan usaha
Indikator keberhasilan usaha menurut Suryana
(2003), terdiri dari :
a) Modal
b) Pendapatan
c) Volume Penjualan
d) Output produksi
e) Tenaga Kerja
f)
Konsep Keberhasilan Usaha
4.
Definisi Keberhasilan Usaha
Menurut Suyanto (2010), keberhasilan usaha industri kecil di pengaruhi
oleh berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu tujuan dari
setiap pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan dalam pencapaian maksud atau tujuan yang diharapkan. Sebagai
ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai aspek,
seperti: kinerja keuangan danimage perusahaan. Menurut Glancey dalam Sony Heru
Priyanto (2009), Wirausaha yang memiliki kemampuan mengambil keputusan yang
superior akan dapat meningkatkan performansi usaha seperti peningkatan profit
dan petumbuhan usaha.
Seperti yang dikemukakan oleh Suryana (2011), bahwa “Untuk menjadi
wirausaha yang sukses harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang
jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu
maupun uang”.
Erliah (2007), mengatakan bahwa “Suatu usaha dikatakan berhasil di dalam
usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami
peningkatan baik dalam permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha
atau pengelolaan”. Menurut Sony (2009), seseorang yang memiliki kewirausahaan
tinggi dan digabung dengan kemampuan manajerial yang memadai akan menyebabkan
dia sukses dalam usahanya.
Selain dari laba, keberhasilan usaha dapat dilihat dari target yang
dibuat oleh pengusaha. Hal ini seperti yang terungkap oleh Dalimunthe dalam Edi
(2005), yang menyatakan bahwa kita dapat menganalisis keberhasilan usaha dengan
mengetahui kinerja suatu perusahaan yang dapat dirumuskan melalui suatu
perbandingan nilai yang dihasilkan perusahaan dengan nilai yang diharapkan
dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Kinerja perusahaan adalah output
dari berbagai faktor di atas yang oleh karenanya ukuran ini menjadi sangat
penting untuk mengetahui tingkat adaptabilitas bisnis dengan lingkungannya.
Kinerja usaha perlu dihubungkan dengan target perusahaan yang ditentukan oleh
manajer-pemilik usaha. Apapun targetnya, kinerja usaha merupakan tolok ukur
untuk menilai seberapa besar tingkat pencapaian suatu target atau tujuan usaha.
Menurut Ina (2009) mengemukakan bahwa “Keberhasilan usaha adalah
permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang produktif dan tercapainya tujuan
organisasi”. Algifari (2003) mengatakan bahwa “Keberhasilan usaha dapat dilihat
dari efisiensi proses produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara
teknis dan efisiensi secara ekonomis”. Moch. Kohar Mudzakar dalam Ressa (2011)
berpendapat bahwa, “Keberhasilan usaha adalah sesuatu keadaan yang
menggambarkan lebih daripada yang lainnya yang sederajat/sekelasnya.” Henry
(2007) mengemukakan bahwa “Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah
keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis dikatakan berhasil
bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis”.
Dwi (2003) mengemukakan bahwa “Keberhasilan usaha didefinisikan sebagai
tingkat pencapaian hasil atau tujuan organisasi”. Menurut Albert Wijaya dalam
Suryana (2011) yang mengemukakan bahwa “Faktor yang merupakan tujuan yang
kritis dan menjadi ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah adalah laba”.
Dan keberhasilan usaha menurut Dwi (2003) keberhasilan usaha yaitu usaha kecil
berhasil karena wirausaha memiliki otak yang cerdas, yaitu kreatif, mengikuti
perkembangan teknologi dan dapat menerapkan secara proaktif. Mereka juga
memiliki energi yang melimpah serta dorongan dan kemampuan asertif.
Sehingga, dapat diketahui bahwa definisi keberhasilan usaha adalah
keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya,dimana keberhasilan
tersebut
didapatkan dari wirausaha yang memiliki otak yang cerdas, yaitu kreatif,
mengikuti perkembangan teknologi dan dapat menerapkan secara proaktif dan hal tersebutterlihat
dari usaha dari wirausaha dimana suatu keadaan usahanya yang lebih baik dari
periode sebelumnya dan menggambarkan lebih daripada yang lainnya yang sederajat
atau sekelasnya, dapat dilihat dari efisiensi proses produksi yang
dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara teknis dan efisiensi secara ekonomis,
target perusahaan yang ditentukan oleh manajer-pemilik usaha, permodalan, skala
usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan, kinerja keuangan, serta
image perusahaan.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Keberhasilan Usaha
Terdapat banyak
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha suatu industri antara lain
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sumber : Tulus (2002)
Gambar 2.1 Skema faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan usaha
Terlihat dari skema di atas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan usaha dapat diketahui dari dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang diantarannya yaitu; kualitas sdm,
penguasaan organisasi, struktur organisasi, sistem manajemen, partisipasi,
kultur/budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar,
tingkat entrepreneurship.
Faktor
eksternal dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor pemerintah dan non pemerintah.
Faktor pemerintah diantarannya; kebijakan ekonomi, birokrat, politik,
dan tingkat
demokrasi. Faktor non pemerintah yaitu; sistem perekonomian, sosio-kultur
budaya masyarakat, sistem perburuhan dan kondisi perburuhan, kondisi
infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan lingkungan global.
Menurut Suyatno (2010), berkaitan dengan faktor penentu keberhasilan
usaha industri kecil ini, hasil penelitiannya menemukan bahwa keberhasilan
usaha kecil ditandai oleh inovasi, perilaku mau mengambil resiko. Begitu juga
hasil penelitian Murphy dalam sumber yang sama menemukan bahwa keberhasilan
usaha kecil disumbangkan oleh kerja keras, dedikasi, dan komitmen terhadap
pelayanan dan kualitas. Berbagai faktor penentu keberhasilan usaha industri
kecil hasil identifikasi penelitian Luk tersebut pada dasarnya adalah cerminan
dari kemampuan usaha (pengetahuan, sikap dan keterampilan), pengalaman yang
relevan, motivasi kerja dan tingkat pendidikan seseorang pengusaha.
Sehingga dapat diketahui bahwa keberhasilan usaha dapat dipengaruhi oleh
kemampuan usaha yang tercermin diantarannya melalui pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dari pengusaha. Keberhasilan suatu usaha diidentikkan dengan laba
atau penambahan material yang dihasilkan oleh pengusaha, tetapi pada dasarnya
keberhasilan usaha tidak hanya dilihat dari hasil secara fisik tetapi
keberhasilan usaha dirasakan oleh pengusaha dapat berupa panggilan pribadi atau
kepuasaan batin.
Aliran adalah pemenuhan tujuan yang berasal dari dalam individu. Ini
adalah bagian dari inti pusat atau esensi di mana orang-orang memiliki rasa
yang mendalam siapa mereka, di mana mereka datang dari, dan di mana mereka akan
pergi. Ini menyediakan sumber energi yang sangat besar dan arah yang memberi
makna bagi kehidupan.
Characteristics of flow summary in Kauanui, King
Sandra (2010) :
1. Tujuan jelas dan umpan balik (Clear goals and feedback)
2. Tantangan keterampilan (Challenge skill)
3. Hilangnya ego (Loss of ego)
4. Fokus konsentrasi (Focused concentration)
5. Rasa kontrol (Sense of control)
6. Waktu distorsi (Time distortion)
7. Pengalaman autotelic (Autotelic experience)
Aliran atau flow yang ada pada diri pengusaha memberikan pengaruh atas
proses kewirausahaan yang dilakukan terutama dalam hal sikap yang dilakukan dalam
mencapai keberhasilan usaha.
6.
Dimensi Keberhasilan Usaha
Samir
(2005) mengemukakan bahwa indikator dalam mengukur keberhasilan usaha atau
kinerja organisasi, yaitu sebagai berikut :
1. Produktivitas, yang diukur
melalui perubahan output kepada perubahan di semua faktor input (modal dan
tenaga kerja).
2. Perubahan di tingkat
kepegawaian (output, teknologi, cadangan modal, mekanisme penyesuaian, dan
pengaruh terhadap perubahan status).
3. Rasio finansial (mengurangi
biaya pegawai dan meningkatkan nilai tambah pegawai).
Keberhasilan usaha diidentikkan dengan perkembangan perusahaan. Istilah
itu diartikan sebagai suatu proses peningkatan kuantitas dari dimensi
perusahaan. Perkembangan perusahaan adalah proses dalam pertambahan jumlah
karyawan, peningkatan modal, dan lain-lain.
Beberapa
indikator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Henry (2007), adalah
sebagai berikut :
1.
Laba (Profitability)
Laba merupakan tujuan utama
dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara pendapatan dengan biaya.
2.
Produktivitas
dan Efisiensi
Besar kecilnya
produktivitas suatu usaha akan menentukan besar kecilnya produksi. Hal ini akan
mempengaruhi besar kecilnya penjualan dan pada akhirnya menentukan besar
kecilnya pendapatan, sehingga mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh.
3. Daya Saing
Daya saing
adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk merebut perhatian dan
loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat dikatakan berhasil, bila dapat
mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bisa bertahan menghadapi pesaing.
4. Kompetensi dan Etika Usaha
Kompetensi
merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan pengalaman secara
kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga dapat menghasilkan
inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.
5. Terbangunnya citra baik
Citra baik
perusahaan terbagi menjadi dua yaitu, trust internal dan trust external. Trust
internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang ada dalam perusahaan. Sedangkan trust
external adalah timbulnya rasa amanah atau percaya dari segenap stakeholder
perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas,
bahkan juga pesaing.
Indikator
keberhasilan usaha menurut Dwi (2003), kriteria yang cukup signifikan untuk
menentukan keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari :
1. Peningkatan dalam akumulasi modal atau
peningkatan modal
2. Jumlah produksi
3. Jumlah pelanggan
4. Perluasan usaha
5. Perluasan daerah pemsaran
6. Perbaikan sarana fisik dan
7. Pendapatan usaha
Adapun indikator
keberhasilan usaha menurut Suryana (2003) keberhasilan usaha terdiri dari :
1. Modal
2. Pendapatan
3. Volume Penjualan
4. Output produksi
5. Tenaga Kerja
Dapat diketahui bahwa terdapat banyak pendapat dan pandangan mengenai
dimensi keberhasilan usaha. Maka dimensi yang digunakan untuk penelitian ini
menggunakanpendapat Dwi (2003) bahwa dimensi keberhasilan usaha yaitu
diantarannya adalah Peningkatan dalam akumulasi modal atau peningkatan modal,
Jumlah produksi, Jumlah pelanggan, Perluasan usaha, Perluasan daerah pemsaran,
Perbaikan sarana fisik dan Pendapatan usaha.
E.
Rangkuman
Cara
perusahaan menemukan dan mengembangkan ide produk baru dimulai dengan
penciptaan ide, mengadakan riset dan pengembangan resmi, atau dari sumber
eksternal, dengan mengadakan survei dan fokus serta mengalisis pertanyaan dan
keluhan pelanggan, perusahaan melacak penawaran pesaing dan menginspeksi produk
baru, memilih produk, menganalisis kinerja produk, akhirnya menghasilkan ide
produk baru yang memenuhi kebutuhan spesifik konsumen.
Langkah-langkah
dalam proses pengembangan produk baru terdiri dari delapan proses secara
berurutan dimulai dengan penciptaan ide,
penyaringan ide, pengembangan konsep produk,
pengujian konsep, pengembangan
strategi pemasaran, analisis bisnis, melalui pengembangan produk dan
pemasaran uji dan akhirnya
diluncurkan selama tahap komersialisasi.
Pengembangan
produk baru yang berpusat pada pelanggan merupakan pengembangan produk baru
yang berfokus pada menemukan cara baru untuk memecahkan masalah pelanggan dan
memberikan pengalaman yang lebih memuaskan bagi pelanggan. Pengembangan produk
baru berdasarkan tim adalah sebuah pendekatan untuk mengembangkan produk baru
di mana berbagai departemen bekerja secara erat, melewati beberapa tahapan
dalam proses pengembangan produk baru untuk menghemat waktu dan meningkatkan
efektifitas.
Siklus
hidup produk (Product life cycle)
merupakan perjalanan dari penjualan dan keuntungan produk selama masa hidupnya.
Penjualan produk tertentu mengikuti kurva bentuk S yang mencangkup lima tahap
yang berbeda yaitu pengembangan produk, pengenalan, pertumbuhan, kedewasaan,
dan penurunan.
Dalam
tahap pertumbuhan, perusahaan terus mendidik konsumen dan distributor
potensial. Selanjutnya perusahaan berusaha untuk tetap memimpin persaingan dan
mempertahankan pertumbuhan pasar yang cepat dengan meningkatkan kualitas
produk, menambahkan fitur dan model produk baru, mengubah iklan dari membangun
kesadaran produk menjadi membangun keyakinan dan pembelian produk, dan
menurunkan harga pada saat yang tepat untuk menarik pembeli baru.
Produsen
dalam memasarkan produk, harus mempertimbangkan tanggung jawab sosial tanggung
jawab ini meliputi masalah kebijakan publik dan peraturan yang melibatkan
tindakan meraih atau membuang produk, perlindungan hak paten, kualitas dan
keamanan produk, dan jaminan produk.