Lalu langkah apa saja yang harus
dilakoni agar ritual visualisasi itu berjalan efektif?
Berikut tiga langkah
krusial yang layak dicatat.
Step 1 : Identify Your Dream.
Pertama-tama, kita harus menetapkan sasaran atau impian apa yang dicapai. Ingin
punya rumah yang indah? Punya keluarga dan anak-anak yang saleh? Atau mungkin
punya usaha resto yang laris?
Saat ini misalnya, saya punya
impian kuat untuk suatu hari bisa pergi keliling Eropa dan berkunjung ke 5
“stadion keramat” (stadion Old Trafford dan Stamford Bridge di Inggris, Allianz
Arena/Jerman, San Siro/Italia dan Santiago Bernabeu/Spain). Saya benar-benar
ingin datang ke 5 stadion sepak bola itu, someday. Dan jadikan Impian naik Haji itu pasti Impian setiap Muslim.
Step 2 : Visualize dan Feel Your
Dream.
Disini teknik visualisasi mulai berjalan. Visualisasikan impian yang
hendak kita capai itu dalam sekujur benak kita. Makin detil imajinasi
visualisasinya, makin bagus. Jika Anda ingin punya rumah yang indah, bayangkan
bentuknya seperti apa, berapa luas, tamannya akan seperti apa, lalu warna ruang
tidurnya, hingga berapa mobil yang akan berada di garasi rumahmu itu.
Atau jika Anda ingin berkunjung ke
Stadion Old Trafford seperti impian saya itu, maka visualisasinya mungkin akan
seperti ini : gemuruh suara fans sepak bola, tempat duduk yang kita tempati,
hingga langit cerah kota Manchester. JIka kita ingin segera datang ke rumah Allah, maka secara tidak langsung bayangan tersebut kautkan dala m ingatan secara terus menerus, agar menepel tinggal menunggu kesempatan
Visualisasi itu akan terasa lebih
nancep jika kemudian sekujur raga kita juga “benar-benar ikut merasakan
sensasinya” – seolah-olah impian kita itu benar-benar nyata, real.
Rasakan sensasi lantai marmer rumah
yang kamu impikan itu. Rasakan senyum kepuasan para pelanggan yang membeli
makanan di resto-mu. Rasakan bunyi mesin pesawat terbang yang akan membawamu ke
Santiago Bernabeu / Mekkah . Feel your sensation. Feel your imagination.
Step 3 : Watch and Energize Your
Dream.
Langkah yang terakhir ya itu tadi : sering-seringlah Anda menatap obyek
yang menjadi impianmu itu. Lalu salurkan energi positif dalam tatapan matamu
yang tajam itu.
Gambar Ka'bah yang suci dan jadi impian setiap muslim mungkin secara berkala perlu kita tatap saat kita punya impian kesana
(dan itu memang yang saya lakukan saat ini. Makanya, gambar ilustrasi tulisan
kali ini adalah gambar KA'BAH yang megah itu ).
Suasana resto KFC yang laris perlu
sesekali kita observasi, sambil yakin dalam hati : someday saya akan punya bisnis
resto selaris mereka.
Dan gambar rumah indah yang ada di
majalah-majalah bisa sesekali kita telisik, sembari memberikan energi positif
dalam jiwa : someday, I will have a house like that. Yes, I believe in my
dream.
Demikianlah tiga langkah sederhana
yang bisa membantu mewujudkan impian-impian kita.
Mungkin sebagian dari Anda akan
bilang, ah itu lamunan belaka. Namun tidak dengan saya. Sebab berkali-kali saya
memang sudah mengalaminya sendiri. (Dan entah kenapa, hati kecil saya
mengatakan Insya Allah saya akan benar-benar bisa datang ke 5 stadion
legendaris itu).
So, Do Visualize Your Dreams. Feel
Your Imagination. And Feel Your Positive Energy.
Dilatari oleh bentangan
hukum resonansi, saya mau menghadirkan dua teknik praktikal yang mungkin bisa
dipraktekkan untuk melukis jalan kecemerlangan.
Teknik 1 : Self
Affirmation.
Ini adalah teknik untuk penguatan keyakinan, tentang cara untuk
menginjeksikan mindset dan keyakinan positif dalam sekujur ragamu. Tentang
repetisi kalimat untuk membuat dirimu sendiri benar-benar yakin bahwa masa
depan yang Anda imajinasikan akan menjelma menjadi kenyataan.
Contoh sederhana : jika
misalkan Anda punya cita-cita membangun bisnis yang sukses, maka afirmasi itu
mungkin bisa berupa kalimat : Insya Allah saya akan menjadi pebisnis sukses
dengan profit yang terus tumbuh. Atau contoh lain, jika Anda ingin menjadi
sales manager hebat, maka afirmasinya bisa seperti ini : saya yakin suatu saat
saya akan menjadi best sales manager di perusahaan ini.
Kalimat-kalimat diatas
adalah self affirmation; dan akan lebih ampuh jika diucapkan dalam hati secara
periodik (regular self talk ). Rasakan aura kekuatan kalimat itu di waktu
senggang Anda : saat sedang menunggu, saat sedang mau tidur, atau saat sedang
merenung di pagi hari.
Teknik 2 : Self
Visualization.
Ini adalah teknik tentang membayangkan kalimat yang Anda
afirmasikan itu dalam gambaran visual yang nyata. Tentang cara melakukan
visualisasi atas gambaran hidup yang hendak Anda rancang.
Begitulah, kala afirmasi
itu adalah impian membangun bisnis yang profitabel, maka visualisasi yang Anda
pikirkan bisa berujud seperti ini : tentang produk bisnis Anda yang kian
terkenal, cabang bisnis Anda yang ada di 10 kota besar Indonesa, tentang
wajah-wajah pelanggan produk Anda yang puas, atau juga tentang gambaran
strategi pemasaran yang sukses dan menghasilkan ledakan penjualan.
Jika afirmasinya adalah
tentang menjadi best sales manager, maka visualisasi yang muncul dalam pikiran
Anda bisa seperti ini : tentang wajah-wajah sales team Anda yang antusias,
tentang sales presentation Anda yang amat memukau dan mampu meyakinkan calon
klien, atau juga tentang saat-saat Anda dengan bangga menerima Sales Award dari
perusahaan tempat Anda bekerja.
Visualisasi adalah
kombinasi antara imajinasi positif dan juga rencana detil yang berjalan dengan
penuh keindahan. Sejumlah penelitian empirik menunjukkan, visualisasi yang
detil atas apa yang Anda ingin kerjakan dan raih, memberikan dampak signifikan
bagi kinerja real Anda.
Visualisasi positif
melatih sel-sel otak kita untuk benar-benar bergerak sesuai dengan harapan yang
kita inginkan. Pelan-pelan, proses ini benar-benar akan mendorong raga dan
tubuh fisik Anda untuk bergerak persis seperti yang Anda visualkan.
What You Think is What
You Get. Teknik self affirmation dan self visualization akan menjadi alat bantu
untuk membuat apa yang Anda pikirkan itu benar-benar menjadi kenyataan.
Visualize Your Dreams.
Realize Your Imagination.
Sejumlah pakar perilaku (behavioral expert) menyebut
proses perubahan acap menjadi tidak efektif lantaran diawali dengan
pendekatan weakness-based orientation. Sering juga disebut
sebagai problem-based orientation. Maksudnya begini : inisiatif perubahan
diawali dengan premis bahwa ada yang “salah” dalam diri kita atau organisasi
kita. Bahwa diri kita atau organisasi kita memiliki banyak kekurangan
(weakness) dan problem.
Untuk itulah kemudian kita melakukan serangkaian action
untuk “mengobati” kelemahan itu, atau juga untuk mengobati problem yang begitu
banyak muncul di organisasi/perusahaan kita.
Pendekatan problem-based atau weakness-based ini begitu
merasuk dalam wacana manajemen selama ini. Begitulah kita lalu mengenai ilmu
problem solving skills, atau competency gap analysis, atau juga beragam metode
untuk menganalisa akar masalah (root cause problem analysis). Semua metode ini
berangkat dari premis yang tadi itu : bahwa ada “kekurangan”, “penyakit” atau
“problem” dalam diri kita atau organisasi kita, dan kita harus mengobatinya.
Dan sejumlah studi menunjukkan bahwa pendekatan
semacam itu acapkali tidak efektif dalam membawa keunggulan kinerja. Sebabnya
sederhana : pendekatan tersebut dengan mudah mendorong kita untuk terjebak
dalam negative mindset and culture. Kita menghabiskan energi yang begitu banyak
dan melelahkan untuk hanya berkutat pada kekurangan, pada kelemahan, pada
problem (masalah) yang seolah-olah tak pernah kunjung selesai.
Pendekatan yang beorientasi pada problem dan
weakness-based itu dengan mudah juga akan membawa kultur pesimisme dan men-discourage
semangat kita atau anggota tim. Kita atau anggota tim pesimis sebab seolah-olah
kita memiliki begitu banyak kelemahan, dan organisasi kita penuh dengan
problem/masalah. Dalam situasi ini, kita dengan mudah kehilangan inspirasi dan
motivasi.
Itulah kenapa kini muncul pendekatan yang secara radikal
berbeda dengan pendekatan diatas. Pendekatan baru ini acap disebut
sebagai strenghts-based orientation. Prinsip dasar dari pendekatan
ini adalah : kita akan berhasil menuju ke arah yang lebih baik, jika inisiatif
perubahan itu bertumpu pada kekuatan yang telah kita miliki saat ini. Kuncinya
adalah ini : focus on your positive strenghts.
Jadi alih-alih menghabiskan energi untuk berfokus pada
kekurangan (ingat : competency gap analysis) atau pada problem organisasi, kita
justru harus mencari elemen kekuatan yang telah ada pada diri kita, atau elemen
positif yang telah hadir inside our organization. Alih-alih menggunakan bahasa
“root cause of problem”, kita harus menggunakan frasa “root cause of success”
untuk melacak kisah keberhasilan yang pasti sudah pernah ada dalam organisasi
kita.
Konkritnya : alih-alih meratapi kelemahan diri Anda terus
menerus, mengapa tidak mengingat apa kira-kira kekuatan (strenghts) yang ada
dalam diri Anda, atau pengalaman positif yang pernah Anda miliki (pasti dong
Anda punya kelebihan atau pengalaman positif). Nah, studi menunjukkan bahwa
kinerja individual akan jauh melesat jika kemudian “poin-poin positive” yang
sudah ada itu terus diakumulasi, diduplikasi dan terus dimekarkan menuju titik
yang optimal.
Dalam konteks organisasi, hal itu juga berlaku. Alih-alih
sibuk mendiagnosa problem yang ada dalam organissasi/perusahaan, dan kemudian
lelah mengobatinya, maka energi kita justru harus diarahkan untuk menggali
“momen-momen positif” atau “fitur kekuatan” yang telah ada dalam organisasi.
Lalu ciptakan serangkaian tindakan untuk menduplikasi “momen positif” tersebut,
dan terus tumbuhkan fitur kekuatan yang telah ada menuju ke level yang makin
maksimal.
Secara ekstrem pendekatan ini mau mengatakan hal seperti
ini : forget your weakness/problems, and just focus on your strenghts/positive
expectations. Find your positive areas and discover your bright spots. Dan
ajaibnya, beragam studi menunjukkan premis semacam itu ternyata telah berhasil
mengubah banyak individu dan organisasi melesat menjadi lebih sukses.
Jadi mulai hari ini, jika Anda ingin menjadi pribadi yang
lebih sukses, selalu ingatlah kalimat ini : always, and always focus on
your bright spots.
trimakasih artikelnya sangat membantu gan, soanya saya dalam proses skripsi, dan saya mengambil self afirmation , thnaks gan . doakan saya sukses ya.. :D
BalasHapus