Perhitungan Voltage Drop
Jatuh
tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar. Jatuh
tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan
panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas penampang
penghantar. Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik dalam persen atau dalam
besaran Volt. Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan
perusahaan kelistrikan. Perhitungan jatuh tegangan praktis pada batas-batas
tertentu dengan hanya menghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan,
namun pada sistem jaringan khususnya pada sistem tegangan menengah masalah
indukstansi dan kapasitansinya diperhitungkan karena nilainya cukup berarti (PT.PLN(Persero),2010: hal 20).
Tegangan
jatuh secara umum adalah tegangan yang digunakan pada beban. Tegangan jatuh
ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui tahanan kawat. Tegangan jatuh V
pada penghantar semakin besar jika arus I di dalam penghantar semakin besar dan
jika tahanan penghantar Rℓ semakin besar pula. Tegangan jatuh
merupakan penanggung jawab terjadinya kerugian pada penghantar karena dapat
menurunkan tegangan pada beban. Akibatnya hingga berada di bawah tegangan
nominal yang dibutuhkan. Atas dasar hal tersebut maka tegangan jatuh yang
diijinkan untuk instalasi arus kuat hingga 1.000 V yang ditetapkan dalam persen
dari tegangan kerjanya (Daryanto,2010: hal 18 & 42).
Sesuai dengan
standar tengangan yang ditentukan oleh PLN (SPLN), perancangan jaringan dibuat
agar jatuh tegangan di ujung diterima 10%. Tegangan jatuh
pada jaringan disebabkan adanya rugi tegangan akibat hambatan
listrik (R) dan reaktansi (X). Jatuh tegangan phasor Vd pada suatu penghantar
yang mempunyai impedansi (Z) dan membawa arus (I) dapat dijabarkan dengan rumus
:
Vd=I.Z………………………………………………………………….1
Dalam
pembahasan ini yang dimaksudkan dengan jatuh tegangan (∆V) adalah selisih
antara tegangan kirim (Vk) dengan tegangan terima (VT),
maka jatuh tegangan dapat didefinisikan adalah :
∆V = ( Vk ) – (VT )………………………………………………..2
Karena
adanya resistansi pada penghantar maka tegangan yang diterima konsumen (Vr)
akan lebih kecil dari tegangan kirim (Vs), sehingga tegangan jatuh (Vdrop)
merupakan selisih antara tegangan pada pangkal pengiriman (sending end) dan
tegangan pada ujung penerimaan (receiving end) tenaga listrik. Tegangan jatuh
relatip dinamakan regulasi tegangan VR (voltage regulation)
dan dinyatakan oleh rumus :
Dimana :
Vs = tegangan pada
pangkal pengiriman
Vr = tegangan pada
ujung penerimaan
Untuk
menghitung jatuh tegangan, diperhitungkan reaktansinya, maupun faktor dayanya
yang tidak sama dengan satu, maka berikut ini akan diuraikan cara
perhitunganya. Dalam penyederhanaan perhitungan, diasumsikan
beban–bebannya merupakan beban fasa tiga yang seimbang dan faktor dayanya (Cos
φ) antara 0,6 s/d 0,85. tegangan dapat dihitung berdasarkan rumus pendekatan
hubungan sebagai berikut :
(∆V ) = I ( R . cos φ + X . sin φ
) L………………………………..4
Dimana
:
I =
Arus beban ( Ampere )
R = Tahanan rangkaian ( Ohm )
X = Reaktansi rangkaian ( Ohm
Perhitungan Voltage Drop (Tegangan Jatuh) Pada
Kabel - Pada kabel konduktor pasti memiliki nilai impedansi dan sehingga setiap
kali arus mengalir melalui kabel tersebut, akan ada jatuh tegangan disepanjang
kabel, yang dapat diturunkan dengan Hukum Ohm (yaitu V = IZ ). Penurunan
tegangan tersebut tergantung pada dua hal, yaitu :
1. Aliran arus melalui kabel - semakin tinggi
arus, semakin besar tegangan drop
2. Impedansi konduktor - semakin besar
impedansi, semakin besar tegangan drop
Impedansi kabel
Impedansi kabel merupakan
fungsi dari ukuran kabel (luas penampang) dan panjang kabel. Umumnya
produsen kabel akan melampirkan data kabel yang diproduksinya seperti nilai
resistansi kabel dan reaktansi kabel dalam satuan Ω / km.
Menghitung Jatuh Tegangan (Voltage Drop)
Untuk sistem suplay tegangan AC , metode menghitung jatuh tegangan
(voltage drop) adalah dengan berdasarkan faktor beban dengan mempertimbangkan
arus beban penuh pada suatu sistim. Tetapi jika beban memiliki arus startup
tinggi (misalnya motor) , maka tegangan drop dihitung dengan berdasarkan pada
arus start up motor tersebut serta faktor daya .
Untuk sistem tiga phasa :
V3 = [S3 I ( RcCos + XcSin ) L] / 1000
Dimana :
V3 , Tegangan Jatuh
(Voltage Drop) Tiga Phasa
I , adalah arus beban
penuh atau arus nominal atau arus saat start (A)
Rc , adalah resistansi
ac kabel ( Ω / km )
Xc , adalah reaktansi
ac kabel ( Ω / km )
Cos , adalah faktor daya
beban ( pu )
L , adalah panjang
kabel ( m)
Untuk sistem fase tunggal :
V1 = [2 I ( RcCos + XcSin ) L] / 1000
Dimana :
V1 , Tegangan Jatuh
(Voltage Drop) Satu Phasa
I , adalah arus beban
penuh atau arus nominal atau arus saat start (A)
Rc , adalah resistansi
ac kabel ( Ω / km )
Xc , adalah reaktansi
ac kabel ( Ω / km )
Cos , adalah faktor daya
beban ( pu )
L , adalah panjang
kabel ( m)
Untuk sistem DC :
Vdc = [2 I Rc L] / 1000
Dimana :
Vdc , Tegangan Jatuh
(Voltage Drop) Tegangan DC
I , adalah arus beban
penuh atau arus nominal atau arus saat start (A)
Rc , adalah resistansi
dc kabel ( Ω / km )
L , adalah panjang
kabel ( m)
Tegangan Jatuh (Voltage Drop) Maksimum
Tegangan Jatuh (Voltage Drop) Maksimum merupakan drop tegangan
tertinggi yang diperbolehkan timbul sepanjang kabel yang dialiri oleh arus
listrik. Bila drop tegangan yang timbul melebih batas maksimum, maka ukuran
kabel yang lebih besar harus dipilih.
Tegangan Jatuh (Voltage Drop) disepanjang kabel lebih ditentukan
karena beban konsumen (misalnya peralatan) sehingga tegangan yang sampai
diinput peralatan tidak melebihi batas toleransi. Ini berarti, jika tegangan
pada alat tersebut lebih rendah dari tegangan minimum , maka alat tidak dapat
beroperasi dengan benar .
Secara umum, sebagian besar peralatan listrik akan beroperasi
normal pada tegangan serendah 80 % dari tegangan nominal. Sebagai contoh, jika
tegangan nominal adalah 230VAC, maka sebagian besar peralatan dapat dijalankan
pada > 184VAC. Pemilihan ukuran untuk kabel penghantar yang baik adalah
ukuran yang hanya mengalami drop tegangan sebesar
kisaran 5 - 10% pada beban penuh .