SISTEM PROTEKSI
DAYA
Keandalan
dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani
konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang
digunakan. Oleh sebab itu dalam perencangan suatu sistem tenaga listrik,
perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada
sistem, melalui analisa gangguan.
Pada
dasarnya gangguan dapat terjadi karena kegagalan operasi peralatan dalam
sistem, kesalahan manusia dan karena alam. Langkah yang dapat diambil
untuk mencegah terjadinya gangguan antara lain dengan menggunakan isolasi yang
baik, membuat koordinasi isolasi dan menghindarkan kesalahan operasi.
Tetapi langkah – langkah tersebut dibatasi oleh faktor ekonomis dan
alam. Karenanya para engineer sepakat : gangguan boleh saja terjadi dan
tidak dapat dihindari namun dampaknya harus diminimisasi. Tabel 1
menunjukkan data statistik persentase gangguan pada sistem tenaga ( diktat
kuliah sistem proteksi teknik elektro UI oleh J. Sukarto)
Tabel 1.
Frekuensi gangguan untuk berbagai peralatan sistem tenaga
Peralatan
|
% Terhadap
Total
|
SUTT
|
50
|
Kabel
|
10
|
Switchgear
|
15
|
Trafo Daya
|
12
|
Trafo arus dan
trafo tegangan
|
2
|
Peralatn
kontrol
|
3
|
Lain-lain
|
8
|
Dari tabel 1
terlihat SUTT mengalami gangguan paling sering. Jenis ganguan yang terjadi di
SUTT ditunjukkan pada tabel 2 ( diktat kuliah sistem proteksi teknik elektro UI
oleh J. Sukarto)
.
Tabel 2.
Frekuensi jenis gangguan pada SUTT
Jenis Gangguan
|
% Kejadian
|
Fasa ke tanah
(L-G)
|
85
|
Fasa ke fasa
(L-L)
|
8
|
Fasa ke fasa
ke tanah (L-L-G)
|
5
|
Tiga fasa
(L-L-L)
|
2
|
Dari hasil analisa
gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan
digunakan, seperti: spesifikasi switchgear, rating circuit
breaker (CB) serta penetapan besaran-besaran yang menentukan
bekerjanya suatu relay (setting relay) untuk keperluan
proteksi.
A.Definisi
Sistem Proteksi
Proteksi
sistem tenaga listrik adalah
sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem
tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain,
terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu
dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban
lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan
lain-lain.
B. Tujuan Sistem Proteksi Daya –
Tujuan dari Sistem Proteksi Daya adalah untuk me-isolasi zona
yang mengalami gangguan pada sistim daya listrik dari zona yang aman sehingga
zona yang aman tersebut masih bisa berfungsi dan beroperasi tanpa terjadinya
kerusakan selama berlangsungnya arus gangguan.
C. Manfaat Sistem Proteksi
1.
Menghindari
ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan (kondisi
abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang
digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan
kerusakan alat.
2.
Cepat
melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil mungkin.
3.
Dapat memberikan
pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan juga mutu
listrik yang baik.
4.
Mengamankan
manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
Pengetahuan
mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada
suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem
proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para
operator yang merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat
mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk mengeluarkan sistem
yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat
sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin
terjadi dan menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan
tersebut secara manual.
Mengingat arus
gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan proteksi. Hal
ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang
tidak normal tersebut dan selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang
tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan
peralatan tersebut kita kenal dengan relay.
Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang berhubungan, mempunyai dua fungsi pokok:
Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang berhubungan, mempunyai dua fungsi pokok:
1.
Mengisolir
peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi
seperti biasa.
2.
Membatasi
kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-gaya
mekanik dst.
3.
"Koordinasi
antara relay dan circuit breaker(CB) dalam mengamati dan memutuskan gangguan
disebut sebagai sistem proteksi".
Sebuah circuit breaker dapat mengisolasi gangguan yang terjadi pada sebuah titik sehingga bagian yang lain masih terus beroperasi. Circuit breaker tersebut akan membuka secara otomatis ketika terjadinya gangguan melalui sinyal trip yang dikirim oleh sebuah relay proteksi. Relay proteksi bukanlah untuk mencegah mengalirnya arus gangguan yang menuju kesuatu sistim distribusi daya, akan tetapi sistim proteksi berfungsi untuk mencegah kesinambungan arus gangguan yang mengalir menuju sistim distribusi daya dengan cara memutus bagian yang mengalami gangguan dengan cepat. Sehingga penting sekali untuk mengetahui karaketristik beban dan besaran parameter yang listrik pada sistim distribusi sebelum kita mengatur parameter - parameter proteksi untuk melindungi sistim tersebut ketika terjadi gangguan.
D. Karakteristik untuk Relay Proteksi
1.
Reliability (Kehandalan)
Reliability (Kehandalan) merupakan syarat terpenting yang mesti dipenuhi
oleh sebuah relay proteksi. Reliability relay dapat dilihat ketika dimana relay
proteksi tersebut stand-by tida beroperasi dalam jangka waktu yang lama (karena
tidak ada gangguan) , dan ketika gangguan timbul, relay tersebut segera memberi
respon secara tepat dan tepat.
2.
Selectivity (Selektifitas)
Relay proteksi hanya boleh beroperasi sesuai dengan kondisi yang telah
diatur atau ditetapkan pada saat penyetingan. Pada beberapa kondisi gangguan,
ada beberapa relay proteksi yang tidak harus beroperasi , dan kalaupun
beroperasi telah diatur denganpenundaan waktu yang telah diatur sebelumnya.
Selektifitas sebuah relay proteksi adalah harus mampu beroperasi sesuai dengan
kondisi gangguan yang sesuai.
3.
Sensitivity (Kepekaan)
Relay proteksi harus cukup sensitif sehingga langsung beroperasi ketika
tingkat gangguan yang muncul telah melewati batas yang telah ditetapkan.
4. Speed (Kecepatan)
Relay proteksi harus dapat beroperasi sesuai dengan kecepatan yang
diperlukan (yang sudah disetting). Koordinasi antar relay proteksi harus
ditetapkan secara tepat, sehingga gangguan yang terjadi pada sebagaian dari
sistim tidak mengganggu operasional pada sebagian yang lain. Sehingga ketika
arus gangguan yang mengalir pada sebuah sistim distribusi , relay
proteksi pada bagian yang tidak mengalami gangguan tidak langsung
beroperasi karena relay proteksi pada sistim yang mengalami gangguan langsung
beroperasi dan mengisolasi bagian yang mengalami gangguan tersebut.
Banyak hal yang
harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika
arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada
proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan
tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang
berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula,
sedangkan pengaruh pemanasan adalah sebanding dengan kwadrat dari arus:
H = I2.R.t
Joules
Dimana;
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus listrik (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker.
Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.
Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus listrik (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker.
Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.
Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sekering atau circuit
breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus tanpa
pemanasan yang berlebihan (overheating).
b. Overload yang
kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan peralatan
bekerja.
c. Sistem
Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama,
sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
d. Sistem
Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
e. Proteksi
harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian yang
terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal
rangkaian listrik diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload
action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari
arus.
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika
action dari sekering atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian
sebelum arus dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing
atau ketegangan mekanik.
E. Sifat –
Sifat Sistem Proteksi
1. Diskriminasi
: peka pada arus gangguan minimum tetapi tidak untuk arus beban maksimum
2. Selektivitas
: hanya bekerja pada bagian yang terganggu dan tidak pada bagian yang sehat,
artinya sistem proteksi hanya pada daerah pengamannya saja atau mendapat
prioritas utama untuk bekerja à main
protection
3. Sensitivitas
(kepekaan) : segera merasakan adanya gangguan
4. Realibilitas
(keandalan) : sistem proteksi harus bekerja cepat dan dapat diandalkan.
5. Cepat
: segera bekerja untuk menghindari waktu penyelesaian kritis (clearing time)
yang terlampaui, kerusakan peralatan karena dialiri arus besar dengan jangka
waktu lama dan gangguan tetap yang akan menyebabkan tegangan jatuh.
Sifat – sifat tersebut juga
menjadi persyaratan sistem proteksi yang baik ditambah dengan persyaratan lain
seperti :
F.
Proteksi Pendukung
Proteksi
pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang bekerja
untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja
(fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti halnya
proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya
triping CB dan trafo -trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap
sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada
kemungkinan suatu daerah kecil diantara zo na -zona yang berdekatan misalnya
antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi.
Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan, remote back up) akan
memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.
Pada sistem
distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem tansmisi,cukup
jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up akan bereaksi
lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk
mengeluarkan bagian yang terganggu.
G.
Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem
distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah
feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan
yang pokok dipenuhi. Dalam suatu sistem transmisi justru aspek teknis yang
penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang
dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital.
Untuk tujuan tersebut, biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).
Untuk tujuan tersebut, biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).
H.
Komponen-Komponen Sistem Proteksi
Secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:
1. Circuit Breaker, CB (Sakelar Pemutus, PMT)
2. Relay
3. Trafo arus (Current Transformer, CT)
4. Trafo tegangan (Potential Transformer, PT)
5. Kabel kontrol
6. Catu daya, Suplai (batere)
Peralatan proteksi dipilih berdasarkan kapasitas arus hubung singkat ‘Breaking capacity’ atau ‘Repturing Capcity’.
I.
Rangkuman
Proteksi dan automatic tripping Circuit Breaker (CB) dibutuhkan untuk:
Proteksi dan automatic tripping Circuit Breaker (CB) dibutuhkan untuk:
1.
Mengisolir
peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi
seperti biasa.
2.
Membatasi
kerusakan peralatan akibat panas lebih (overheating), pengaruh gaya mekanik dan
sebagainya.
Proteksi harus dapat menghilangkan dengan cepat arus yang dapat
mengakibatkan panas yang berkelebihan akibat gangguan
H = I2x.R×t Joules
Peralatan proteksi selain sekering adalah peralatan yang dibentuk dalam suatu sistem koodinasi relay dan circuit breaker
Proteksi harus dapat menghilangkan dengan cepat arus yang dapat
mengakibatkan panas yang berkelebihan akibat gangguan
H = I2x.R×t Joules
Peralatan proteksi selain sekering adalah peralatan yang dibentuk dalam suatu sistem koodinasi relay dan circuit breaker
Tidak ada komentar:
Posting Komentar