JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN
RENDAH
1.1. Pendahuluan
Pembahasan
dalam bab ini adalah tentang system distribusi tegangan rendah, dengan
menjelaskan tentang system secara umum, standard atau persyaratan yang harus
dipenuhi, pengenalan material serta menampilkan gambar standard konstruksi yang
diperoleh dari standard konstruksi PLN.
Jika dikaitkan
antara gambar konstruksi yang disajikan dengan konstruksi yang ada di lapangan,
maka akan sangat membantu anda dalam pemahaman konstruksi, sehingga anda dapat
menerapkan dengan mudah jika kelak bekerja, khususnya dalam bidang perancangan,
pelaksanaan dan pengawasan pekarjaan distribusi tegangan rendah, baik saluran
udara maupun saluran bawah tanah (kabel tanah).
Setelah
menyelesaikan bab ini, siswa dapat merancang, melaksanakan, dan mengawasi
proyek kelistrikan, khususnya jaringan distribusi tegangan rendah berdasarkan
PUIL dan standard konstruksi PLN.
1.2.
Dasar-Dasar Perancangan
1.2.1. Sistem
Distribusi Tegangan Rendah
1. Jaringan Tegangan
Rendah (JTR)
a.
Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian
hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo
Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah.
b.
Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah
dibatasi oleh :
· Susut
Tegangan yang disyaratkan.
· Luas penghantar jaringan.
· Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
· Sifat daerah pelayanan (desa, kota)
· Kelas pelanggan ( pada beban rendah, pada beban tinggi)
c.
Umumnya radius pelayanan
berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan diizinkan ± 5% -
10% dari tegangan operasi
d.
Gardu distribusi.
· Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber
yang disebut Gardu Distribusi mulai dari panel hubung bagi TR keluar
didistribusikan.
· Untuk setiap sirkit
keluar melalui pengaman arus disebut “penyulang / feeder”
2. Struktur Jaringan
· Struktur
jaringan adalah radial murni atau radial open loop ( bentuk tertutup namun
operasi radial).
· Jarang
sekali pelanggan dipasok dengan tingkat keandalan tinggi secara
tertutup (loop) baik dari satu sumber ataupun dari sumber berlainan.
3. Komponen Perlengkapan Utama
a. Bahan Penghantar memakai 2
jenis :
· Kabel baik kabel tunggal, jamak atau
berpilin (twisted).
b. Tiang penyangga memakai :
· Tiang besi panjang 7 meter, 9 meter atau
dibawah saluran udara.
· Tiang beton, dengan panjang yang sama.
· Tiang kayu (sudah jarang dipakai).
· Pada daerah padat bangunan
penghantar dengan konstruksi khusus.
1.2.2. Sistem Tegangan
a. Sistem tegangan yang dianut
ada 3 macam :
· Sistem 1 fasa ( fasa
satu) : 110
Volt, 220 Volt, 250 Volt
b. Sistem tegangan dipilih
mengikuti konsep teknis (Distribution System Engineering) yang
dianut satu sama lain dapat berbeda, misalnya
:
· Sistem
Kontinental : 3 fasa – 3 kawat
(Distribution Substation Concept) 3 fasa – 4 kawat
· Sistem
Amerika : 2 fasa – 3 netral (Multi Grounded)
· Sistem
Kanada : 1 kawat (Swer)
1.2.3. Tiang Penyangga
Jaringan
1. Gaya-Gaya
Mekanis Pada Tiang Penyangga / Penyangga
a. Tiang
penyangga mengalami gaya-gaya mekanis terutama adalah gaya-gaya :
·
Beban penghantar yang dipikul.
·
Beban akibat tiupan angin pada penghantar dan pada tiang itu sendiri.
·
Regangan (tensile stress) penghantar logam akibat perubahan suhu lingkungan
atau akibat adanya sambungan pelanggan).
·
Beban akibat air hujan atau suhu didaerah dingin.
b. Beban-beban
tersebut mempengaruhi kekuatan tiang penyangga. Kekuatan
tiang
didimensikan dalam satuan Newton atau daN (0,98 kg)
c. Kekuatan tiang dihitung pada
kondisi-kondisi yang minimum, sehingga
didapatkan
harga yang realistis.
Contoh :
·
Kondisi tekanan angin
maksimum.
·
Temperatur kerja maksimum penghantar (60º C)
· Angka
keamanan mekanis 0,5 (50%).
Sehingga tiang dengan fungsi sebagai penyangga
diujung (akhir jaringan), di tengah, tiang sudut, akan mengalami total gaya
mekanis yang berbeda.
2. Tinggi Tiang di Atas Permukaan Tanah
·
Sebagai pegangan pelaksanaan lapangan bagian yang tertanam
pada
tiang adalah sepanjang 1/6 x panjang
total.
· Gaya
– gaya mekanis terbesar pada 10 cm dibawah
ujung tiang pada 1/6
tiang dan didalam tanah.
Sehingga pada bagian–bagian tersebut perlu
diperhatikan kemampuan menahan bebannya.
3. Pengaruh Kondisi Tanah
·
Kondisi tanah yang rawan/ lunak dapat menyebabkan robohnya tiang
penyangga.
· Pada
dasarnya perlu diperhitungkan kekuatan tanah sehingga dapat diketahui
jenis
tanah lunak atau tidak
·
Berdasarkan hitungan tersebut dapat ditentukan perlu tidaknya memakai
pondasi.
Namun untuk tiang-tiang awal/
akhir, tetap diperlukan pondasi
4. Penggunaan Kawat
Peregang Atau Tiang Penegang (Stake Pole)
·
Kawat penegang dapat mengurangi beban mekanis tiang , demikian juga
pemakaian tiang penopang.
·
Sehingga tiang dengan kekuatan mekanis yang kecil dapat dipergunakan untuk
menahan beban mekanis yang lebih
besar.
·
Konstruksi ini umum dipakai pada tiang-tiang akhir penghantar kecil dan
tiang-tiang sudut
5. Batasan Non Teknis Memilih Kekuatan Tiang
·
Masalah kekuatan mekanis penghantar besarnya beban pada titik
tumpu dapat menyebabkan
penghantar retak/ putus pada titik
tersebut.
·
Masalah lingkungan, terlalu panjangnya bentangan penghantar menyulitkan
penarikan penghantar baik dari sudut konstruksi ataupun operasional atau
dari
segi kemanan lingkungan dan estika.
·
Pengaruh rute geografis jalur/ lintasan, tidak semua jalur jaringan pada
lintasan yang lurus.
Sehingga jarak
gawang/ span hantar tiang penyangga di
standarisir 40 meter dengan titik terendah jaringan pada lalu lintas berat
dengan permukaan jalan minimum 6 meter pada
temperatur menghantar 60º C.
6.
Kekuatan Tiang Ujung
· Kekuatan tarik pada
tiang bertumpu pada jarak 10 cm dari ujung atas
tiang , beban kerjanya di standarisir 200 daN, 350 daN, 500 daN, 800 daN,
1200 daN
· Berdasarkan
hitungan-hitungan mekanis gaya-gaya yang terjadi pada tiang ,
maka batas maksimum rentangan/ gantang/ span dengan berbagai ukuran
penghantar adalah :
Tabel 1.1 Jarak antara tiang
dan ukuran penghantar
Ukuran
Penghantar (mm2)
|
200 daN
|
350 daN
|
500 daN
|
800 daN
|
3 x 25
3 x 35
3 x 50
3 x 35 + 2 x 16
3 x 50 + 2 x 16
3 x 70 + 2 x 16
|
32 m
31 m
31 m
30 m
29 m
26 m
|
43 m
41 m
41 m
40 m
38 m
35 m
|
54 m
51 m
50 m
49 m
47 m
42 m
|
77 m
71 m
69 m
67 m
64 m
56 m
|
Catatan : -Jarak
gawang rata-rata diambil maksimum 45 meter.
-Jarak minumum 6 meter dari atas permukaan jalan.
7. Kekuatan Tiang Sudut
·
Lintasan jaringan tidak selalu lurus , namun pada sejumlah titik terjadi
pembelokan yang besar sudutnya berbeda-beda.
·
Menghitung kekuatan tiang sudut dilaksanakan dengan rumus ilmu ukur
sudut, dengan memmperhatikan susdut antara dua tarikan pada tiang
sudut
tersebut.
·
Dalam kasus ini atau dicontohkan menghitung kekuatan tiang sudut
dengan metoda polygondimana jumlah semua gaya
sama dengan nol. Gaya
Resultante adalah besarnya gaya rujukan untuk
memilih kekuatan tiang
sudut.
1.2.4. Pembumian Pada Jaringan Distribusi Jaringan
Tegangan Rendah
1. Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian :
a.
Menurut PUIL,
semua bagian konduktif terbuka pada suatu instalasi harus dibumikan.
b.
Menurut PUIL, apabila jalur
yang sama dipasang SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3 tiang harus dipasang
penghantar pembumian yang dihubungkan dengan penghantar netral.
c.
Menurut PUIL, nilai
resistansi pembumian setiap 200 meter lintasan ( 5 gawang) tidak boleh melebihi
dari 10 Ohm.
d.
Petunjuk praktis semua nilai
resistansi pembumian maksimum sebesar 5 Ohm.
e.
Berdasarkan kekuatan mekanis luas
penampang minimum penghantar pembumian adalah sebesar 50 mm2 dan terbuat dari
tembaga.
f.
Sambungan penghantar bumi dengan
elektroda bumi harus kuat secara mekanis/ elektris dan mudah dibuka
untuk dilakukan pengujian resistansipembumian. Klem pada elektroda pipa harus
memakai ukuran minimal 10 Ohm dan dilindungi dari kemungkinan korosi.
g.
Penghantar bumi harus dilindungi
secara mekanis kimiawi.
Catatan : - Biasanya dimasukkan dalam pipa ½ inchi, setinggi 2,5
mm2.
-Terminal klem ditanam 20 cm dibawah permukaan tanah.
h.
Elektroda batang dimasukkan
tegak lurus ke dalam tanah. Panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan dengan
memperhatikan resistansi tanah :
Untuk resistansi tanah P1 = 100 Ω meter :
Panjang
: 1
m 2
m 3 m 5 m
Nilai Ω
:
70. 40.
3 0. 20.
Untuk resistansi tanah P tidak sama dengan P,
nilai pentanahan dikalikan P . P1
Catatan :
- Resistansi pembumian total dari suatu instalasi pembumian belum dapat
ditentukan dari hasil pengukuran tiap elektroda secara matematis.
- Untuk beberapa elektroda yang di paralel harus dihubung fisik/ paralel
sebelum di test.
2. Pembumian pada PHB - TR (Rak TR)
Prosedur instalasi pembumia PHB –TR / Rak TR di gardu
distribusi harus memperhatikan jenis sistem
pembumian yang dianut (TT, TN, IT).
a. Bila rel netral dipakai
sebagai rel proteksi (sistem TNC) rel proteksi harus dibumikan.
b. Bila rel netral terpisah
dari rel proteksi, maka hanya rel proteksi yang harus
dibumikan.
c. Bila saklar masuk dilengkapi
dengan saklar arus sisa, maka rel netral tidak boleh
dibumikan.
3. Penghantar Pembumian dan Elektroda bumi
a. Elektroda Bumi adalah
penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak
langsung dengan bumi.
b. Penghantar Bumi yang tidak
berisolasi ditanam dalam bumi dianggap sebagai
bagian
elektroda bumi.
c. Umumnya elektroda bumi
yang dipakai pada jaringan saluran udara tegangan
rendah /
menengah memakai elektroda barang.
d. Sebelum dipasang harus
diteliti dulu berapa resitance jenis tanah.
1.2.5. Jeringan Udara Tegangan Rendah (JTR)
1. Jenis Penghantar Udara
· Penghantak tidak
berisolasi A3C, BCC, A2C , ACSR
· Pernghantar berisolasi
(Jenis twisted cable yang umumnya dipakai NYM-T,
NYMZ, NFYM, NFY, NF2X, NFA2X, NFA2X, NFA2XSEY-T (TWISTED
CABLE).
2. Persilangan Dengan Kabel Telekomunikasi
Kabel telekomunikasi
harus di bawah penghantar udara tegangan rendah
a. TWISTED
CABLE : Berjajar 1
meter, Mersilang 0,3 meter
b. TAK BERISOLASI :
Berjajar/Berisolasi 1 meter
3. Jarak Antar
Penghantar Telanjang
Jarak
antara ini bergantung atas jarak titik tumpu jaringan (jarak gawang) :
Jarak Gawang
Jarak Antara
6 S/D
10
meter
20 CM
10 S/D 40
meter
25 CM
Jarak
lendutan (SAG) dengan permukaan tanah diukur dari titik terendah sekurang-
kurangnya:
Penghantar Tak Berisolasi
Penghantar Berisolasi
Jalan Umum
5
Meter
4 Meter
Halaman Rumah 5
Meter
3 Meter
4. Jarak Bebas
Jarak bebas (ruang bebas) penghantar tak berisolasi dengan benda lain (pohon, bangunan)
a. Pada dasarnya tidak boleh bersinggungan
b. Jarak yang dipersyaratkan 0,5 meter.
Catatan :
Pada konstruksi saluran udara baik tak berisolasi
ataupun berisolasi (twisted cable). Umumnya mengikuti ketentuan Pemerintah
Daerah setempat atau ketentuan departemen yang memerlukan, Contoh :
· Sudut
lintasan jalan raya maksimum 15º
· SAG :
Jalan
Umum
6 meter
Jalan
Kecil
5 meter
Pekarangan
3 meter
Sungai
6 meter
Lihat standard konstruksi SUTR PT. PLN (Persero)
5. Penghantar Udara Tak Berisolasi Tegangan Rendah
Diatas Atap Bangunan Instalasi
penghantar
adalah sedemikian sehingga tidak menganggu perbaikan atap bangunan.
Jarak
dengan bagian bangunan
· Minimal (
1,5 meter dari bagian bangunan termasuk antena, cerobong ).
· Minimal 2,5
meter (dilura jangkauan tangan) dari balkon bordes, lorong, panggung yang dalam
keadaan biasa dikunjungi umum.
Ketentuan tersebut diatas tidak berlaku
§ Boleh berjarak 1,25 meter dengan sudut atap 45º, diatas atap yang
tidak umum
dikunjungi orang.
§ Konstruksi sambungan rumah dengan atap 15º.
1.2.6. Ketentuan Saluran Kabel Tegangan
Rendah
1. Penanaman Kabel Tanah
Memperhatikan jenis dan macam isolasi dan isolasi
pelindung kabel.
Contoh :
- Kabel tanpa pelindung pipa baja harus dilindungi secara mekanis.
- Kabel dengan
pelindung netral jacket dapat ditanam langsung.
Memperhatikan kondisi kimiawi dan pengaruh
gangguan mekanis, namun
untuk perlindungan mekanis dianggap cukup :
- Ditanam 0,8 meter dibawah jalan raya utama.
- Ditanam 0,6 meter dibawah jalan yang tidak dilalui kendaraan.
Catatan : Pemerintah Daerah kadang-kadang mengeluarkan
peraturan sendiri misalnya di Jakarta.
2. Konstruksi susunan penanaman kabel tanah :
Ditanam diselimuti pasir dengan ketebalan 20 cm .
Dpasang pelindung mekanis :Beton, bata, atau batu pelindung.
Kabel tanah TR dipasang diatas kabel rumah TM dan dibawah kabel
telekomunikasi/ lihat gambar.
3. Persilangan antar kabel tanah :
Harus
dilakukan tindakan perlindungan, kecuali salah satu kabel telah
dilindungi secara mekanis oleh sekat beto atau bahan semacam dengan tebal
dinding minimum 6 cm.
Tindakan Proteksi
·
Kabel bagian bawah dipasang
pelindung mekanis misalnya bata, pipa belah dari beton, minimum 1 meter
panjangnya.
·
Lebar tutup pelindung
minimum 5 cm lebih lebar dari kabel yang
dilindungi.
·
Hal yang sama untuk kabel tanah
dibagian atas (lihat gambar).
4. Persilangan dengan kabel
telekomunikasi
·
Bagian atas kabel
tanah harus dilindungi dengan pipa beton belah atau plat
beton dari bahan yang tidak mudah terbakar.
·
Untuk jarak kabel TR dengan kabel
telkom
·
d ≤ 0,3 meter diatas kabel tanah
perlu ditambah plat beton minimum ukuran 1 x 1 meter dengan tebal 2 cm.
·
Jika
kabel tanah TR sejajar
dengan kabel telekomunikasi, harus diselubungi dengan pipa plat
atau pipa beton belah sekurang –
kurangnya mempunyai panjang , minimum 1 meter.
5. Persilangan dengan utilitas lain
·
Rel Kereta Api dan
fasiltasnya. Tidak diperbolehkan mendekati rel kereta api pada
jarak 2 meter kecuali persilangan.
·
Contoh konstruksi
persilangan pada standard konstruksi PLN Distribusi Jakarta :
Ditanam dengan pipa gas 2
meter dibawah rel kereta dengan kedua
ujung pipa menjorok 2 meter dari sisi rel terluar.
·
Jika menyilang atau
berdekatan dengan jarak lebih kecil
dari 0,3 meter dengan kabel instalasi listrik.
·
Perusahaan Kereta Api harus
dilindungi dengan pipa yang tidak dapat terbakar atau PVC . Ujung pipa dipanjangkan 0,5 dari sisi silang terujung.
6. Persilangan dengan jalan raya
·
Kabel harus dilindungi
dengan pipa atau selubung baja dan tahan getaran mekanis/ api serta
dari bahan tahan api dan ditambah 0,5 meter pada kiri kanan batas bahu jalan.
·
Garis
tengah pipa dipilih hingga kabel dapat
dikeluarkan tanpa membongkar jalan (biasanya pipa 4 meter atau diameter
10 cm) Contoh (lihat gambar), konstruksi perlintasan kabel pada standard PLN
Distribusi Jakarta.
7. Didaerah bangunan atau pekarangan
·
Kabel harus dilindungi
dengan pipa atau pelindung mekanis.
·
Pipa diberi tambahan 0.5 meter
dari sisi terluar bangunan.
·
Instalasi kabel pada dinding bangunan harus dilindungi dengan pelindung
mekanis, jira pelindung terbuat dari logam harus
dibumikan.
8. Persilangan dan pendekatan dengan saluran air
dan bangunan pengairan.
·
Kabel tanah harus ditanam paling sedikit 1
meter dibawah saluran air dan ditanam dalam lapisan pasir.
·
Pada lintasan dengan
air laut kabel ditanam sedapat mungkin 2 meter dibawah dasar
laut.
·
Pada lintasan dekat kabel listrik
milik pengairan :
Berjarak 0,3 meter diatas atau dibawah kabel listrik.
Diberi perlindugan mekanis dengan
tambahan 0,5 meter dari sisi kabel yang
silang.ika
jarak lebih kecil dari 0,3 m harus dimasukkan dalam pipa/ bahan anti
terbakar
·
Pada bangunan pengairan
dibawah tanah, jarak minimum adalah 0,3 meter dan harus
dilindungi dengan pipa belah, plat atau pipa dan ditambahka0,5 meter dari
kedua tempat pendekatan.
Catatan :
. Kabel tanah yang dipakai adalah dari jenis kabel tanah
dengan perisai dan
dilindungi
dengan pipa belah.
- Kabel tanah tanpa perisai mekanis
harus dimasukkan dalam
pipa
atau jalur kabel khusus.
·
Pada kedua ujung kabel masuk dan
keluar jaur ait harus diberi patok / tanda, agar dapat
dilihat pengemudi kendaraan air.
9. Pendekatan kabel tanah dengan instalasi listrik
diatas tanah
·
Kabel rumah tidak bole ditanam
lebih dekat 0,3 meter dari instalasi listrik diatas tanah. Kurang dari o,8
meter kabel tersebut harus dilindungi dengan pipa baja atau bahan kuta,
tahan lama dan tahan api ditambah minimum 0,5 meter dari kedua ujung
tempat jaraknya kurang dari 0,8 meter.
·
Kabel tanah yang keluar dari tanah
harus dilindungi dengan pipa baja. Galvanis atau bahan lain yang
cukup kuat sampai diluar jangkauan tangan.
·
Catatan :
Lihat gambar instalasi kabel
naik (opstijk kabel)
10. Pendekatan Kabel Tanah denga Pipa Gas dan Minyak
·
Lintasan / jalur kabel
tanah harus dihindari / dijauhkan dari lintasan pipa gas kota. Namun
apabila tidak terhindarkan harus berjarak minimum 0,5 meter dan
dilindungi dengan pipa yang dilebihkan 0,5 meter pada tiap ujung lintasan.
·
Pada lintasan dengan pipa
gas alam kabel tanah harus dikonstruksi khusus/ dibuatkan jembatan lintasan
atau melalui saluran udara. (lihat konstruksi SKTR , standard konstruksi
PLN).
11.
Perlengkapan Hubung Bagi Jaring Distribusi Tegangan Rendah Phb Tr
·
Pada jaringan distribusi kabel
tegangan rendah, PHB-TR berfungsi sebagai titik pencabangan jaringan dan
sambungan pelayanan.
·
Instalasi PHB – TR pasangan luar
dan pasangan dalam harus memnuhi persyaratan keamanan dan keselematan
lingkungan dan persyaratan teknis baik elektris maupun mekanis.
·
Instalasi PHB – TR tersebut juga
harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan mekanis.
·
Pada setiap kotak
PHB-TR harus mempunyai setidak-tidaknya
-Satu sakelar masuk sirkit masuk
-Satu proteksi arus pada sirkit keluar atau kombinasi
proteksi dan sakelar
(misalnya MCB/ MCCB).
·
Arus minimum sakelar masuk
minimal sama besar dengan arus nominal penghantar masuk atau arus maksimum
beban penuh.
·
Jumlah maksimum pencabangan dari
suatu PHB – TR adalah sirkit keluar.
·
Besar arus yang mengalir pada rel
harus diperhitungkan ssuai kemampuan rel menurut temperatur ruang dan
temperatur kerja tidak boleh melebihi 65º C.
·
Pemasangan rel telanjang adalah
sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan jarak 5 cm + 2/3 kilo volt
sistem tegangan nominal.
·
Sakelar, pemisah, pengaman
lebur dan pemutus.
a.
Semua kutub saklar, pemisah,
pemutus harus dapat dibuka secara serentak.
b.
Untuk jaringan tegangan
rendah dengan Pembumian Netral Pengaman (TNC) harus menggunakan 3 kutub,
membuka kutub fasanya saja, kutub netral tidak boleh dibuka.
c.
Untuk jaringan tegangan
rendah dengan sistem penghantar pengaman harus menggunakan kutub jadi netral
juga diputus.
d.
Untuk jaringan tegangan
rendah dengan sistem penghantar pengaman (IT) juga harus menggunakan 4 kutub,
termasuk overswitch ke generator cadangan.
e.
Bagian bertegangan
dari PHB tidak boleh sisi yang bergerak dan tidak dapat bergerak walau oleh
sebab gaya mekanis/ gaya berat.
f.
Pemisah tidak boleh dibuka
dalam keadaan berbeban.
g.
Persyaratan konstruksi PHB
ü PHB harus dipasang ditempat yang cukup tinggi, bebas
banjir dankokoh, terlindung secara fisik/ mekanis.
ü Badan PHB haus dibumikan secara sempurna melalui
penghantar fleksibel.
ü Mempunyai ruang ventilasi yang cukup.
ü -Pintu PHB harus terkunci.
12. Instrumen Ukur Indikator Dan Terminasi
·
Perlengkapan Hubung Bagi jaringan
kabel tegangan rendah, harus dipasang paling sedikit instrumen indikator berupa
lampu indikator dengan
warna yang sesuai.
·
Untuk panel PHB – TR utama pada
Gardu Distribusi harus dipasangan instrumen ukur (Voltmeter, Amperemeter).
·
Instrumen indikator harus disambung pada sirkit masuk
sebelum saklar masuk.
·
Sambungan sirkit pada PHB harus memakai sepatu kabel
yang sesuai dengan jenis metalnya dan ukuran penghantar serta harus
dijepit/ dipress pada penghantar. KHA terminal sepatu kabel harus minimum sama
dengan kemampuan sakelar dari sirkit yang bersangkutan rangkaian.
·
Pemegang kabel harus dapat memikul gaya berat, gaya tekan
dan gaya tarik, sehingga gaya tersebut tidak akan langsung dipikul oleh gawai
listrik lain.
·
13. Pemakaian Jenis Kabel
Tanah Tegangan Rendah
·
Tanda Pengenal Kabel Tegangan
Rendah
ü 230/400 (300) V, 300/500(400)V, 400/690 (600)V,
400/750 (690)V, 450/750 (690)V, 0,6/1 KV (1,2 KV)
ü Nilai didalam kurung adalah nilai tegangan kerja
tertinggi untuk perlengkapan yang diperbolehkan untuk kabel.
·
Penggunaan kabel tanah
harus disesuaikan dengan jenis penggunaan utamanya. Untuk kabel tanah
jaringan distribusi tegangan rendah dipakai kabel dengan pelindung
perisai baja.
ü Contoh : NYFGBY
· Pemakaian kabel tanah tanpa perisai baja diperbolehkan
namun harus dilindungi secara mekanis.
ü Contoh : NYY didalan pelindung pipa metal.
·
Pemasangan/ perletakan kabel
tanah harus mengikuti ketentuan yang berlaku (syarat konstruksi yang berlaku).
ü Konstruksi tersebut mengatur jarak kabel satu sama
lain dan faktor koreksi kita KHA yang terjadi. (Lihat tabel PUIL -2000)
ü Radius lengkungan kabel tanah dapat mengikuti
ketentuan pabrikan (sesuai dengan jenis isolasi yang dipakai). Jika terdapat
kesulitan diambil radius lengkung adalah 15 kai diameter.
14. Prosedur Penggelaran Dan
Perletakan Instalasi Kabel Distribusi Tegangan Rendah
·
Sebelum kabel digelar jalur
kabel perlu dibersihkan atau diamankan dari benda asing.
·
Proses penggelaran harus
memperhatikan keamanan dan keselamatan lingkungan.
·
Jalur kabel dicermati dan
dilakukan penyuntikan padan setiap 5 meter untuk mengetahui kemungkinan
adanya utilitas lain.
·
Kabel harus pada haspelnya yang
bebas hambatan untuk berputar.
·
Penarikan kabel harus pada
rel tarik kabel yang dipasang di tiap jarak 2 meter.
·
Kabel tidak boleh tergilas
kendaraan dan harus dilindungi terhadap kemungkinan tersebut.
·
Petugas/ tukang penarik
harus pada maksimum 5 meter datu orang, penarikan harus dilakukan satu komando.
·
Rambu-rambu tanda peringatan
harus dipasang dan dilihat dengan mudah oleh masyarakat pengguna jalan.
1.2.7. Material
Perlengkapan Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
Catatan :
Contoh diambil dari buku standard konstruksi jaringan tegangan rendah di
Distribusi Jakarta Tangerang.
Komponen dan perlengkapan
konstruksi jaringan kabel udara (Twisted Cable)
- Pole Bracket
- Strain Clamp
- Steelstrip Band
- Link
- Turn Buckle
- Suspension Clamp
- Kabel twisted
- Cable Joint/ Joint Sleeve
- Brach Connector
- Isolating Tip
- Plastic Strap
- Mechanical Protection
-
Elektroda pentanahan
- Penghantar pentanahan
- Pipa Galvanis ½ inchies, 3
inchies, 4 inchies
1. Pemakaian Dan Konstruksi Jaringan Kabel Twisted
Pada tiap tiang memakai pole bracket
yang diikat dengan stainless steel band sebagai penggantung strain
clamp dan suspension clamp.
·
Untuk tiang sudut lebih besar dari 25º memakai dua
strainclamp, dibawah sudut 25º memakai satu strainclamp.
·
Ujung kabel twisted ditutup dan dilindungi dengan
insulating tip dan dilindungi dengan pelindung mekanis dari tabung PVC 2 inci.
·
Sambungan kabel harus dilakukan pada tiang dengan dua
strainclamp dan pada tiang awal.
·
Sambungan pencabangan harus dengan konektor yang
diberi grass / pelindung air.
·
Plastic strap untuk mengikat kabel agar tidak terurai.
·
Semua komponen berwarna hitam kecuali tabung
pelindung mekanis.
Lihat buku standard
konstruksi TR PT. PLN (Persero)
2. Peralatan Konstruksi Jaringan Kabel
Twisted
Peralatan
Kerja utama yang dipakai pekerjaan konstruksi untuk satu tim adalah :
a.
Trailer Rol Haspel
b.
Ground Hoist
c.
Kawat baja penarik kabel
d.
Stringing blok, satu buah untuk satu tiang maksimum 10 tiang
e. Hydraulic Press
f. Dinamometer
g. Grid penarik ujung kawat penggantung (messenger)
h. Comcalong automatic
i. Tackle block
j. Grip penarik automatic
k.Tali
l. Aneka material
1.2.8. Komponen
Dan Perlengkapan Saluran Udara Tanpa Isolasi
Komponen utama dan perlengkapan konstruksi saluran
udara tanpa isolasi
a. Cross Arm/
Travers Type – L, Type U
b.Isolator Pin dan schakle
c. Bracket Pole
d. Bending Wire/ Preformer
e. Unimog clamp
f. Penghantar pentanahan.
g. Elektroda pentanahan
h. Steelwire
i. U Steel Clamp
j. Pipa galvanis 3 inchi, ½ inchi
k. Aneka
teknik
1.2.9. Konstruksi Jaringan
Pada
standard kosntruksi guna memudahkan perencanaan
konstruksi, menghitung kebutuhan material, alat komisioning, dan
lain-lain dibuat bentuk-bentuk konstruksi untuk kondisi-kondisi tertentu.
a. Konstruksi tiang awal dengan satu strain clamp/ dead end clamp.
b. Konstruksi tiang akhir, dengan satu strain clamp/ dead end clamp
c. Konstruksi tiang sudut 0 - 25º
d. Konstruksi tiang tengah.
e. Konstruksi sudut 25º - 90º
f. Konstruksi pembumian
g. Konstruksi tiang T dan +
h. Konstruksi tiang dengan kawat tarik – Guy Wire.
1.3. Perancangan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
Ruang lingkup bahasan ini adalah jaringan sistem
distribusi tegangan rendah mulai dari gardu distribusi sampai dengan tiang /
panel distribusi.
1.3.1. Hal-hal yang
dipertimbangkan dalam merancang jaringan sitem distribusi tegangan
rendah
·
Karakteristik daerah pelayanan.
·
Perkiraan beban maksimum.
·
Pemilihan jenis hanaran dan
konstruksi jaringan.
·
Perhitungan susut tegangan.
·
Penyediaan pemakaian peta
geografis.
·
Survai lapangan.
·
Pemilihan jenis tiang / panel
distribusi dan titik lokasinya.
·
Pembuatan peta rencana.
·
Perhitungan kebutuhan material.
·
Rencana anggaran biaya.
1.3.2. Karakteristik daerah pelayanan.
a. Perlu diperhatikan karakteristik daerah pelayanan.
§ Homogen dari satu jenis pemakai (perumahan,
pertokoan, industri).
§ Heterogen campuran pemakai.
b. Perlu dipertimbangkan apakah
direncanakan konstruksi saluran udara, saluran kabel atau kombinasi keduanya.
c. Perlu diperhatikan klasifikasi pemakai
dilihat dari tingkat sosialnya (daerah real estate, daerah pemakai mewah,
pemakai menengah, pemakai biasa).
d. Rencana pemerintah daerah tentang
rencana tata ruang atau faktor para pengembang / developer..
1.3.3. Perkiraan beban tersambung
Data daya tersambung.
§ Rencana pemakaian listrik dari para developer/ pengembang / calon
pelanggan.
§ Rata-rata pemakai / sambungan pelayanan per tiang, dihitung
berdasarkan statistik pemakaian listrik / sambungan pelayanan per daerah.
contoh :
– Listrik
desa
: 0,5 sambungan /
tiang
–
Perkotaan
: 2,5 sambungan /
tiang
–
Pertokoan
: 6 sambungan /
panel distribusi
§ Rata-rata
pemakaian daya
Listrik desa
: 450 – 900 VA /
sambungan
Perkotaan
: 2200 – 3800 VA
/sambungan.
Pertokoan
: 2200 – 400 VA /
sambungan.
§ Rata-rata
pemakaian daya per luas rumah :
25
VA/m2, 20 VA/m2, 15 VA/m2, 10 VA/m2, 7,5 VA/m2.
1.3.4. Perhitungan beban puncak.
Perkiraan beban puncak memakai konsep pemakaian
listrik pada suatu daerah tidaklah terjadi pada saat yang bersamaan
(coincidence factor)
Angka faktor kebersamaan berbeda-beda sesuai dengan
jumlah pemakai / jumlah sambungan pelayanan.
Faktor kebersamaan = fk
Tabel 1.2. Faktor kebersamaan untuk jenis daerah
pelayanan
No
|
Jenis Daerah Pelayanan
|
Jumlah Sambungan
|
fk
|
1
|
Derah perumahan Mewah
|
2 – 4
5 – 8
10 – 20
21 – 40
> 40
|
1
0,9
0,8
0,7
0,6
|
2
|
Derah hetrogen
(perumahan,
bisnis)
|
2 – 4
5 – 8
10 – 20
21 – 40
> 40
|
1
0,9
0,8
0,6
0,4
|
3
|
Derah perumahan sedang /
Campuran rumah biasa
|
2 – 4
5 – 8
10 – 20
21 – 40
> 40
|
1
0,8
0,7 – 0,7
0,5
0,4
|
4
|
Derah perumahan
biasa/
sederhana
|
2 – 4
5 – 8
10 – 20
21 – 40
> 40
|
1
1
1
1
0,9
|
5
|
Derah pertokoan
|
Rata-rata 0,9
|
|
6
|
Derah industri
|
Rata-rata 0,8
|
Contoh
:
a.
Gardu distribusi dengan 4 penyulang, masing-masing penyulang total panjang
jalur.
§ Jalur 1000
meter dengan rata-rata gawang 40 meter, melayani daerah perumahan sedang /
campuran.
§ Rata-rata
sambungan per tiang 2,5 sambungan. total = (1000/40 + 1) X 2,5 ≈ 2,5 sambungan.
§ Rata-rata
daya tersambung total 65 x 1,3 kVA ≈ 84,5 kVA.
§ Rata-rata
beban puncak 84,5 x 0,4 = 35 kVA
§ Untuk 4
penyulang total beban puncak (4 x 35) x 0,8 = 115,2 kVA
§ Jadi pada
gardu cukup memakai transformer 150 kVA
b.
Real estate luas 2,5 km2.
§ Daerah
perumahan mewah.
§
Perkiraan kebutuhan daya listrik
–
Luas daerah pelayanan 2,5 km2
– Luas sarana umum (taman, jalan raya) 40 % x 2,5
km2 = 1 km2
– Luas daerah pemukiman 60 % x 2,5 km2 = 1,5 km2
–
Jumlah sambungan (per kaveling 500 m2) 1,5 km2/500 m2 = 3000 rumah.
– Rata-rata daya tersambung
3500 VA total daya = 300 x 3500 VA = 1050 kVA
– Rata-rata luas daerah
pelayanan gardu 0,5 km2 jumlah gardu = 2,5 km/0,5 km = 5 gardu
–
Rata-rata daya tersambung per gardu 1050/5 ≈ 250 kVA atau 3000/5
= 600 rumah / gardu
–
Perkiraan beban puncak per gardu 0,6 x 0,8 x 250 kVA ≈120 kVA.
1.3.5. Pemilihan jenis hantaran.
a. Jenis hantaran dapat di pilih antara.
Saluran udara, biasanya daerah pelayanan umum.
Saluran kabel tanah, biasanya daerah real estate,
perumahan mewah atau daerah pertokoan atau mall / block pertokoan.
b. Untuk saluran udara umumnya memakai :
Penghantar
tak berisolasi /berisolasi ukuran 16 mm2, 25 mm2, 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2.
Pada saat sekarang pemakaian penghantar pilin sangat
banyak dipakai baik untuk perumahan sedang / sederhana atau daerah pelayanan
publik.
c. Untuk saluran kabel tanah memakai kabel dengan
perisai baja, contoh : NYFGBY
1.3.6. Perhitungan susut tegangan
a. Umumnya
untuk mempercepat perhitungan, biasanya dipakai metode moment listrik
yang telah dijelaskan pada teori listrik terapan.
b. Batas susut tegangan ditentukan oleh kebijaksanaan
perusahaan.
contoh : pada titik alat
meter pelanggansusut tegangan
a). + 5 % s/d – 10 %.
b). ± 5 %.
c). 2,5 % - 6 %.
c. Penentuan
batas susut tegangan dan besarnya susut energi menentukan besarnya luas
penghantar
yang dipilih.
1.3.7. Survai lapangan.
a. Survai lapangan diperlukan untuk :
– Menyesuaikan peta rencana dengan keadaan /
situasi lapangan (kemungkinan perlu direvisi)
– Menentukan titik lokasi penanaman tiang.
– Mencatat kemungkinan
terdapatnya calon pelanggan dengan daya besar.
– Mengukur dan membuat peta
baru jika perlu
–
Mengukur kontur permukaan tanah.
b. Survai untuk saluran kabel tanah harus
ditelusuri dengan benar rencana jalur kabel, diukur dengan teliti. Hal yang sama pada rencana saluran kabel pada
pusat-pusat pertokoan.
c. Pada pusat-pusat pertokoan yang cukup memakai kabel twisted, dapat
dipakai saluran kabel twisted dengan jarak pole bracket maksimum 5 meter dan
jarak dari dinding tembok 10 cm.
1.3.8. Pembuatan rancangan jaringan.
a. Rancangan jaringan dibuat pada peta dengan :
skala 1 : 1000 untuk saluran udara; skala 1 : 200 untuk saluran kabel
tanah.
b. Pada peta tercantum :
– Titik-titik penanaman tiang
dengan jarak gawang.
– Titik-titik pemasangan panel
distribusi dan jenisnya.
– Ukuran dan jenis penghantar.
–
Tinggi, kekuatan tiang, nomor tiang.
–
Peta lintasan kabel tanah / power cable.
–
Titik pembumian.
–
Peta petunjuk lokasi gardu dan daerah pelayanan.
–
Nomor gardu.
–
Tanda mata angina dan nama jalan.
1.4. Penutup.
1. Dalam
suatu system jaringan distribusi tegangan rendah, pada umumnya mengikuti
julur jalanan yang telah ada, sehingga tidak dapat dihindari sepenuhnya tentang
adanya kontruksi
untuk jalanan lurus, tikungan dan ujung-ujung atau percabangan jaringan,
maka:
a. Sebutkan
jenis konstruksi JTR sebagaimana kondisi tersebut
b. Gambarkan
konstruksi dari setiap konstruksi pada poin (1)
c. Buat daftar kebutuhan materialnya.
2. Penentuan jenis konstruksi yang dipilih untuk setiap tiang,
Sangat dipengaruhi oleh besarnya sudut yang terbentuk dari jaringan, dimana
dibutuhkan metode untuk memikul beban mekanik yang timbul serta mempertahankan
posisi tiang selalu tegak lurus sehingga lendutan yang terjadi tetap memenuhi
Standard.
3. Untuk memudahkan dalam memahami,
maka setiap mahasiswa dapat mengamati konstruksi di lapangan dan dilakukan
diskusi di kelas sehubungan dengan hasil pengamatan konstruksi JTR yang
terpasang, guna memperoleg informasi penerapan dari setiap konstruksi yang ada,
dan selanjutnya akan memberikan kemudahan dalam pembahasan pada sistem jeringan
distribuís tegangan menengah.
JARINGAN
DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH
Pada umumnya tiang
listrik yang sekarang digunakan pada SUTR terbuat dari beton bertulang dan
tiang besi. Tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya tahannya
(umumnya) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus. Sedang tiang
besi jarang digunakan karena harganya relative mahal dibanding tiang beton,
disamping itu juga memerlukan biaya pemeliharaan rutin.
Dilihat dari
fungsinya, tiang listrik dibedakan menjadi dua yaitu tiang pemikul dan
tiang tarik. Tiang pemikul berfungsi untuk memikul konduktor dan isolator,
sedang tiang tarik fungsinya untuk menarik konduktor. Sedang fungsi
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan posisi sudut tarikan
konduktor nya. Bahan baku pembuatan tiang beton untuk tiang tegangan
menengah dan tegangan rendah adalah sama, hanya dimensinya yang berbeda.
Tiang beton untuk
saluran tegangan menengah dan tegangan rendah dipilih berdasarkan
spesifikasi sebagai berikut:
Pada jaringan
tegangan rendah yang menggunakan tiang bersama dengan jaringan tegangan
menengah maka jarak gawang (Span) harus di jaga agar tidak lebih dari 60
meter. Di dalam menentukan panjang tiang beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan adalah;
1) jarak aman antara
saluran tegangan menengah dan tegangan rendah,
2) Posisi trafo
tiang, dan 3) tinggi rendahnya trafo dengan penyangga dua tiang. Gambar
menunjukkan jarak aman yang diperlukan untuk menentukan panjang tiang.
Pada gambar tersebut diperlihatkan bahwa panjang tiang minimum untuk
tegangan menengah 11 meter (9,2 meter diatas tanah) dan untuk tegangan
rendah 9 meter ( 7,5 meter diatas tanah).
Dari tabel 5-1
disebutkan bahwa tiang 9 meter type 200 daN dapat digunakan sampai jarak
tiang 60 meter, sedang tiang 9 meter type 100 daN dapat digunakan terbatas
sampai jarak tiang 40 meter, bahkan lebih pendek dengan pengurangan beban
kawat, karena batas ketahanan momen hampir nol pada pada jarak(span) 40
meter, bila Batas minimum penggunaan tiang beton Pada jaring
SUTR – TIC khusus.Tekanan angin pada konduktor dan tiang mendekati momen
ketahanan sebesar 724 kgm. Hal ini dapat di rinci sebagai berikut:
A: Momen pembengkok
oleh tekanan angin pada konduktor = 522 kgm untuk jarak tiang 40 meter.
B: Momen pembengkok
oleh tekanan angin pada tiang = 214 kgm
A + B = 736 kgm ÷
724 kgm.
Ini berarti batas
momen ketahanan tidak terlampaui untuk penurunan kawat. Tabel 5-2
menunjukkan batas minimum penggunaan tiang beton pada jaring SUTR –TIC
khusus.
Untuk menentukan
jumlah (kebutuhan) dan jenis tiang pada suatu lokasi, diperlukan data
survai jaringan yang akan dipasang. Dari gambar situasi jaringan dapat
ditentukan jenis dan perlengkapan tiang untuk lokasi tersebut, yaitu
jumlah tiang TR dan penunjangnya. Tiang beton untuk Tegangan Rendah
digunakan ukuran 9 meter, Gambar 4-5 dan gambar berikutnya menunjukkan
konstruksi tiang beton dengan perlengkapannya sesuai dengan kebutuhan di
lokasi.
Telah diuraikan
diatas, jarak antar tiang ditetapkan sebesar 40-60 meter, namun jarak
tersebut masih perlu disesuaikan dengan kondisi lokasi (masih bisa
digeser). Dari gambar situasi jaringan dapat ditentukan jenis
dan perlengkapan yang diperlukan (Material Distribusi Utama) untuk
lokasi tersebut, yaitu jumlah tiang beton, konduktor, Kabel tanah dan
Udara, serta isolator dan perlengkapannya.
Setelah mengetahui
jumlah tiang beton yang diperlukan, selanjut-nya mempersiapkan peralatan
minimal yang diperlukan (yang harus disediakan oleh pemborong) untuk
pekerjaan mendirikan tiang adalah sebagai berikut:
a. Tool kit lengkap
g. Kantong kerja
b. Sabuk Pengaman h.
Tas kerja
c. Derek-tangan i.
Topi pengaman
d. Besi kaki tiga j.
Tampar 16 mm
e. Bor tanah k.
Linggis dan lain-lain.
f. Gerobak (untuk
mengangkut tiang) l. Tangga
Bagian tiang yang
harus ditanam di bawah permukaan tanah adalah 1/6 dari panjang tiang. Jadi
kedalaman lubang tergantung panjang/tinggi tiang yang akan dipasang. Pada
tanah yang lembek bagian bawah tiang harus di pasang bantalan (beton blok)
agar bagian tiang yang tertanam dalam tanah tetap 1/6 panjang tiang. Dari
gambar 4-1 tampak bahwa untuk panjang tiang 13 meter bagian yang berada
diatas tanah adalah 10,2 meter, untuk panjang tiang 11 meter bagian yang
berada diatas tanah adalah 9,2 meter, dan untuk panjang tiang 9 meter
bagian yang berada diatas tanah adalah 7,5 meter.
Pekerjaan mendirikan
tiang beton diawali dengan menyiapkan gambar rencana penempatan tiang.
Dari gambar rencana dapat ditentukan jumlah tiang yang diperlukan dan
ditentukan pula letak dimana tiang akan didirikan (ditandai dengan patok).
Selanjutnya untuk mendiri-kan tiang dapat dilakukan langkah–langah sebagai
berikut:
1) Mempersiapkan
alat-alat kerja dan perlengkapan yang diperlukan untuk mendirikan tiang
tersebut,
2) Mendistribusikan
tiang-tiang tersebut ke lokasi dimana letak tiang akan didirikan,
3) Menggali lubang
pada setiap tempat yang akan didirikan tiang,
4) Jika galian sudah
siap, maka kegiatan mendirikan tiang dapat dilakukan.
Mendirikan tiang
beton tegangan rendah (9 meter) dapat dilakukan dengan dua cara; pertama
secara manual (konvensional), yaitu menggunakan derek-tangan dan dengan
menggunakan penyangga (tangga). Cara ini dilaksanakan terutama pada
lokasi-lokasi penanaman tiang yang sulit dijangkau dengan mobil derek.
Pada tiang tegangan rendah (9 meter) hal ini sangat mungkin terjadi.
Mendirikan tiang dengan cara manual dilakukan sebagai berikut:
1)
Sebelum tangga untuk penyangga tiang ditinggikan,
terlebih dahulu tiang beton diangkat dengan derek-tangan,
2)
Mengikatkan rantai derek-tangan pada bagian
tengah tiang. Derek-tangan ini digantungkan pada besi kaki tiga yang
disiapkan untuk pekerjaan ini.
3)
Jika tiang beton sudah mulai dinailkkan, maka
diikuti dengan tangga atau penopang yang lain untuk mendorong ke atas.
4)
Disamping itu untuk mengendalikan arah tiang
beton pada saat diangkat, dipasang tali tampar sebanyak 4(empat) atau
3(tiga) direntangkan ke arah berbeda, diikatkan pada posisi (15-20) %
dari ujung atas tiang, untuk mengendalikan arah tiang pada saat diangkat.
5)
Selanjutnya tiang ditarik/didorong ke atas sambil
dikendalikan dari arah tali tampar tersebut, sampai bagian pangkal tiang
mendekati dan masuk lubang.
6)
Untuk tiang beton bertulang sebelum
diuruk tanah, perhatikan arah lubang baut untuk penempat an
croos arm.
7)
Jika arah lubang belum sesuai putarlah
tiang dengan mengikatkan tali pada tiang, kemudian tiang
diputar sesuai dengan arah lubang tempat baut yang diinginkan.
Selanjutnya
uruk dengan tanah pada sekitar tiang sampai padat. Untuk tanah
yang lembek pada pangkal tiang perlu dipasang pondasi
atau diberi bantalan. Kedua, mendirikan tiang dengan
alat pengangkat lebih cepat dan praktis, tidak memerlukan banyak
tenaga manusia.
Saluran
Tegangan Rendah terdiri dari 3(tiga) macam, yaitu Saluran Udara
Tegangan Rendah (SUTR), Saluran Kabel Udara Tegangan rendah (SKUTR),
dan Saluran Kabel Tanah Tegangan Rendah.
Saluran
Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan LVTC (Low Voltage Twistad Cable), saat
ini sudah dikembangkan, hal ini untuk mempertinggi keandalan, faktor
keamanan dan lain-lain. Untuk kabel LVTC ini pemasangannya,
1) di bawah SUTM
(Underbuilt) dan
2) khusus
LVTC (JTR murni). Spesifikasi kabel LVTC.
- Accesoreis twisted
cable terdiri dari :
1. Suspension
assembly
2. Large angle
assembly
3. Dead end assembly
4. Insulated tap
connector berbagai ukuran
5. Insulated
Nontension joint
6. Insulated tension
joint.
7. Guy set / stay
set SUTR
Pemakaian
guy set pada SUTR digunakan type ringan, pada stay set SUTR ini tidak
mempergunakan guy insulator.
Spesifikasi material
guy set sesuai dengan gambar standar, sedang kawat baja galvanisnya
sbb. :
1. Ultimate
load : 17 kN
2. Penampang :
22 mm2
3. Material :
baja
Dalam
pemasangan Saluran Udara, konduktor harus ditarik tidak terlalu kencang
dan juga tidak boleh terlalu kendor, agar konduktor tidak menderita
kerusakan mekanis maupun kelelahan akibat tarikan dan ayunan, dilain pihak
dicapai penghematan pemakaian konduktor. Dalam pemasangan kabel udara
setelah tiang berdiri, sambil menggelar kabel dari haspel terlebih dahulu
dipasang perlengkapan bantu (klem service), pengikat, pemegang dan
sebagainya. Untuk kabel penghantar berisolasi, bagian yang diikat pada
pemegang di tiang adalah penghantar Nol, baik untuk dua kabel (sistem satu
fasa) maupun empat kabel (sistem tiga fasa). Penarikan kabel dimulai dari
salah satu tiang ujung, kemudian ditarik dengan alat penegang (hand
tracker. Setelah tarikan dianggap cukup kuat, maka pada setiap tiang kabel
Nol diikat dengan pemegang yang telah disiapkan.
Sebagaimana
diketahui bahwa harga konduktor berkisar 40% dari harga perkilometer
jaringan. Batasan-batasannya adalah sebagai berikut:
1)
Tarikan AAAC yang diijinkan maksimum 30% dari tegangan
putus (Ultimate tensile strength).
2)
Tarikan Twisted cable yang diijinkan maksimum 35% dari
tegangan putus dari kawat penggantung.
3)
Andongan yang terjadi pada SUTR dengan jarak gawang
35-50 meter, tidak boleh lebih dari 1 meter.
Pada kontruksi jaringan
tegangan rendah atau menengah harus diperhatikan lintasan yang akan
dilewati saluran kabel, misalnya pada saat kabel udara melintasi jalan
umum, kabel udara yang dipasang di bawah pekerjaan konstruksi, kabel udara
melintasi sungai, dan lintasan- lintasan lain yang perlu perhatian
sehubungan dengan keamanan kabel dan keselamatan mereka yang berada di
sekitar kabel tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk saluran
kabel udara yang melewati lokasi tersebut, dan ukuran-ukuran jarak aman
terhadap lingkungan yang tercantum dapat digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakaan tugas pemasangan kabel.
1) Pemakaian
perkakas kerja dengan tepat.
Apabila kita dapat
menggunakan perkakas kerja dengan tepat, maka di dalam melaksanakan
pekerjaan tersebut akan memperoleh manfaat sebagai berikut;
a.
Efisiensi kerja meningkat,
b.
Jumlah pemakaian/pengerahan tenaga kerja yang
berkurang,
c.
waktu pelaksanaan menjadi lebih pendek /
pekerjaan cepat terselesaikan,
d.
Kualitas pekerjaan lebih baik,
e.
Pembiayaan menurun,
f.
Menaikkan daya saing.
2) Efisiensi akibat
penggunaan perkakas sederhana.
Perlu
diketahui bahwa untuk melaksanakan pekerjaan besar dengan hanya memakai
alat yang sederhana sudah tak efisien lagi. Contoh:
a)
Untuk melaksanakan koneksi kabel pada suatu gardu
kontrol dimana jumlah kabel mencapai ratusan jalur, maka pengupasan kabel
dengan pisau akan memerlukan waktu sangat lama, karena itu harus
memakai tang pengupas kabel.
b)
Untuk pemasangan label yang tertanam di dalam rumah
dengan volume pekerjaan yang sangat besar, maka penggalian saluran kabel
dengan memakai alat konvensional seperti cangkul, sekop atau linggis saja,
hasilnya sangat tidak efisien. Untuk menanggulangi hal ini maka penggalian
harus memakai alat pengeruk yang berkapasitas besar (misalnya menggunakan
Back Hoe).
c)
Pemasangan transformator tenaga dengan daya puluhan
Mega Watt membutuhkan bantuan mobil derek dan mobil trailer dengan daya
angkat puluhan ton.
d)
Perlu diketahui bahwa dalam melaksanakan
proyek/pekerjaan di Indonesia, banyak alat kerja yang cepat rusak, hal ini
disebabkan karena pemakai, kurang tahu cara pemakaian atau pemakainya
yang serampangan, serta tata cara pemeliharaan yang kurang
diperhatikan. Contoh:
a.
Membuat lubang besar pada plat besi dengan memakai
bor listrik dengan mata bor yang kecil dengan menggoyang-goyangkan
mata bornya, hal ini akan merusak mesin bor listrik tersebut.
b.
Mengukur arus besar suatu beban listrik dengan
memakai Ampere Meter yang mempunyai kapasitas arus kecil akan merusak alat
ini.
3) Kemampuan
menggunakan perkakas kerja.
Mengingat
harga peralatan relatif mahal, bahkan kadang-kadang harus dipesan dari
luar negeri dan memerlukan waktu yang cukup lama, apabila alat mengalami
kerusakan dan tidak bisa dipakai, akan mengganggu jalannya pekerjaan. Oleh
karenanya kemampuan orang yang menggunakan alat tersebut harus memadai
benar-benar terlatih. Untuk pemakaian alat kerja khusus, dimana diperlukan
ketelitian dan rumit, misal : mencari lokasi gangguan kabel tanah
dengan menggunakan Jembatan Wheatstone, maka calon pemakai harus
dilatih terlebih dahulu mengenai cara pemakaian alat tersebut. Hal
penting yang harus diperhatikan, alat kerja di lapangan harus dikelola
dengan baik, terutama pada proyek-proyek besar, dimana alat kerja harus dikelola
oleh pengelola material (Material Controller) dan pengatur alat kerja
(Tool Kipp) mulai dari pemesanan, penerimaan barang, pemakaian keluar masuk
gudang dan pemeliharaan alat kerja tersebut.Untuk menanggulangi hal
tersebut diatas, tenaga kerja bidang teknik listrik harus mampu memakai
alat dengan baik, demikian juga dalam memeliharanya.
4) Pengelompokan dan
penggunaan perkakas kerja.
Perkakas
kerja dapat dikelompokkan menjadi 4(empat), yaitu Perkakas, Alat Ukur dan
Tes, Alat Pengaman, dan Alat Bantu. Untuk mempermudah
pengelompokan/pemilahan alat kerja suatu proyek, berikut ini diberikan
nama dan gambar peralatan untuk berbagai pekerjaan. Suatu proyek besar
memerlukan alat kerja khusus yang tidak terdapat di lokasi. Oleh karena
itu pengadaan alat tersebut harus dijadwalkan dengan tepat waktu.
Tekniksi listrik
yang memasang instalasi listrik dalam bangunan, dituntut keterampilan
dalam berbagai bidang pekerjaan di bangunan tersebut. Hal ini meliputi
teknik menandai, memotong, memahat dan menggergaji.
5) Berikut ini
adalah gambar-gambar alat perkakas yang harus disiapkan oleh pelaksana
sebelum melaksanakan pekerjaan penanaman kabel tanah. Alat kerja yang
tercantum disini cukup lengkap, tetapi untuk pemakaian di proyek
disesuaikan dengan kebutuhan.
Sesuai
dengan PUIL 2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000) terdapat
beberapa definisi yang perlu diperhatikan, yaitu :
-
Bumi (Earth) adalah massa konduktif bumi yang
potensial listriknya di setiap titik manapun menurut konvensi, sama dengan
nol.
-
Elektrode Bumi (Earth Electrode) adalah bagian
konduktif atau kelompok bagian konduktif yang membuat kontak langsung
dan memberikan hubungan listrik dengan bumi.
-
Gangguan Bumi (Earth Fault) merupakan :
1). Kegagalan
isolasi antara penghantar dan bumi atau kerangka.
Gangguan yang disebabkan oleh penghantar
yang terhubung ke bumi atau karena
resistansi isolasi ke bumi menjadi lebih
kecil dari pada nilai tertentu.
- Isolasi (Insulation)
adalah :
1). (Sebagai bahan) merupakan segala jenis bahan yang
dipakai untuk menyekat
sesuatu.
2). (Pada kabel) merupakan bahan yang dipakai untuk
menyekat penghantar dari
penghantar
lain dan dari selubungnya, jika ada,
- Elektrode Batang
adalah elektrode dari pipa logam, baja profil atau batang logam lainnya
yang dipancangkan ke bumi.
- Pembumian (Earthing) adalah penghubung
suatu titik sirkit listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari
sirkit listrik dengan bumi menurut cara tertentu.
- Penghantar pembumian (Earthing Conductor)
adalah :
1). Penghantar berimpedasi rendah
yang dihubungkan ke bumi.
2). Penghantar proteksi yang
menghubungkan terminal pembumian utama atau
batang ke elektrode bumi.
- Rel pembumian adalah batang
penghantar tempat menghubungkan beberapa penghantar pembumian.
Jenis tanah menurut
PUIL 2000 dibagai atas :
1). Tanah rawa,
2). Tanah liat dan
tanah ladang,
3). Pasir basah,
4). Krikil basah,
5). Pasir dan
kerikil kering,
6). Tanah berbatu.
Masing-masing jenis tanah mempunyai
nilai tahanan jenis tanah yang berbeda-beda dan bergantung dari jenis
tanahnya, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini, merupakan nilai tipikal.
Tahanan pembumian dari elektrode bumi,
tergantung pada jenis tanah dan keadaan tanah serta ukuran dan susunan
elektrode.
4-3-5-1 Tujuan
Pembumian Peralatan
Pembumian peralatan adalah pembumian
bagian dari peralatan yang pada kerja normal, tidak dilalui arus.
Tujuan pembumian peralatan adalah :
a). Untuk membatasi
tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dilalui arus dan
antara bagian-bagian ini dengan bumi
sampai pada suatu harga yang aman (tidak
membahayakan) untuk semua kondisi
operasi normal.
b). Untuk memperoleh
impedansi yang kecil/rendah dari jalan balik arus hubung singkat
ke tanah.
Kecelakaan pada personil, timbul pada
saat hubung singkat ke tanah terjadi. Jadi bila arus hubung singkat ke
tanah itu dipaksanakan mengalir melalui impedansi tanah yang tinggi, akan
menimbulkan perbedaan potensial yang besar dan berbahaya. Juga impedansi yang
besar pada sambungan-sambungan pada rangkaian pembumian dapat menimbulkan busur
listrik dan pemanasan yang besarnya cukup menyalakan material yang mudah
terbakar.
4-3-5-2 Pemasangan
dan Susunan Elektrode Bumi
Untuk memilih macam elektrode bumi yang
akan dipakai, harus diperhatikan terlebih dahulu kondisi setempat, sifat
tanah dan tahanan pembumian yang diijinkan. Permukaan elektrode bumi
harus berhubungan baik dengan tanah sekitarnya. Batu dan kerikil
yang langsung mengenai elektrode bumi, akan memperbesar
tahanan pembumian. Elektrode batang, dimasukkan tegak lurus ke dalam
tanah dan panjang disesuaikan dengan tahanan pembumian yang diperlukan.
Tahanan pembumian sebagian besar
tergantung pada panjangnya dan sedikit bergantung pada ukuran penampangnya.
Jika beberapa elektrode diperlukan untuk memperoleh tahanan pembumian yang
rendah, maka jarak antara elektrode tersebut minimum harus dua kali
panjangnya. Jika elektrode tersebut tidak bekerja efektif pada seluruh
panjangnya, maka jarak minimum antara elektrode, harus dua kali panjang
efektifnya. Penghantar bumi harus dipasang sambungan yang dapat dilepas
untuk keperluan pengujian tahanan pembumian, pada tempat yang
mudah dicapai dan sedapat mungkin memanfaatkan sambungan yang karena susunan
instalasinya memang harus ada. Sambungan penghantar bumi elektrode bumi,
harus kuat secara mekanis dan menjamin hubungan listrik dengan baik,
misalnya dengan menggunakan las, klem atau baut kunci yang tidak mudah
lepas. Klem pada elektrode pipa, harus menggunakan baut dengan diameter
minimal 10 mm.
4-3-5-3 Alat Ukur
dan Pemeliharaan Tahanan Pembumian
a) Alat Ukur Tahanan Pembumian
Untuk mengukur nilai tahanan pembumian
dengan cara :
1). Memakai model empat terminal
(Motode Wenner) dengan generator putar
tangan (DC).
2). Pengukuran tahanan pembumian
dengan menyambungkan terminal C1 ke E yang akan diukur, terminal P2 ke P
dan terminal C2 ke R. Jarak E – P – R di buat berjarak sama pada satu
garis lurus. Meter akan memberikan pembacaan langsung dalam tahanan
dan tahanan pembumian dihitung dengan rumus :
ρ (Rho) = 2 . Π . a
. R (ohm-m) dimana :
ρ (Rho) =
resistivitas tanah (ohm-m)
a = jarak antara
electrode (meter)
R = tahanan (ohm)
Π (Phi ) = 3,14
3). Memakai Earth Tester (analog)
berdasarkan harga potensial.
E (elektrode tanah) yang akan
diukur dan elektrode bantu P serta elektrode bantu R diletakkan pada satu
garis lurus dengan elektrode E. Volt meter aka menunjuk pada potensial E –
P. Menurut hukum Ohm, beda potensial akan berbanding langsung dengan
tahanan pembumian.
Terlihat bahwa
tahanan membesar dengan kedudukan P semakin jauh dari E, dan kenaikan
tersebut dengan cepat berkurang dan bahkan pada jarak tertentu dari E,
kenaikan dapat diabaikan karena sangat kecil.
Persyaratan yang harus diperhatikan
adalah :
a). Elektrode R
harus cukup jauh dari elektrode E, sehingga daerah tahanan tidak saling
menutup (over lap).
b). Elektrode P
harus ditempatkan di luar dua daerah tahanan, dalam hal ini ditempatkan
pada daerah datar dari kurva.
c). Elektrode P
harus terletak diantara elektrode-elektrode R dan E, pada garis
penghubungnya.
4-3-5-4 Pemeliharaan
Tahanan Pembumian
Pemeliharaan pembumian (pentanahan)
dilaksanakan minimal sekali dalam setahun diadakan pengukuran nilai
pembumian pada musim kemarau. Diambilnya pengukuran pada musim kemarau,
karena pada kondisi tersebut nilai tahanan pembumian akan menunjukkan
nilai sebenarnya. Jika nilai tahanan pembumian, pada pengukuran di musim kemarau
sudah kecil, maka dimusim penghujan akan semakin kecil. Untuk mengetahui
nilai tahanan total pembumian, dipakai rumus :
1/Rp = 1/R1 + 1/R2 +
1/R3 + ........................... + 1/Rn (Ohm)
Ada 10 jenis
konstruksi jaringan distribusi tegangan rendah, yang masing-masing sesuai
dengan kondisi/rute jaringan di lapangan. Masing-masing konstruksi tersebut
adalah :
1. Konstruksi TR-1.
Konstruksi TR-1
merupakan konstruksi saluran kabel udarategangan rendah (SKUTR) yang
menggunakan suspension small angle assembly (penggantung untuk tiang
sangga/tumpu).
2. Konstruksi TR-2.
Konstruksi TR-2
merupakan konstruksi pemasangan SKUTR dengan sudut kurang dari 45°, dengan
menggunakan large angle assembly (penggantung untuk tiang belokan/sudut). TR-2
ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran
listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya
tarikan kawat horizontal.
3. Konstruksi TR-3.
Konstruksi TR-3 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR untuk tiang akhir atau tiang awal dengan treck schoor. Pengait kabel digunakan fixed dead-end clamp complete plastic strip (peralatan untuk penarik pada tiang awal/akhir lengkap dengan plastic strap).
Konstruksi TR-3 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR untuk tiang akhir atau tiang awal dengan treck schoor. Pengait kabel digunakan fixed dead-end clamp complete plastic strip (peralatan untuk penarik pada tiang awal/akhir lengkap dengan plastic strap).
4. Konstruksi TR-4.
Konstruksi TR-4 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR sebagai tiang penyangga pada persimpangan (silang). Kedua saluran dikaitkan pada suspension small angle assambly.
Konstruksi TR-4 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR sebagai tiang penyangga pada persimpangan (silang). Kedua saluran dikaitkan pada suspension small angle assambly.
5. Konstruksi TR-5.
Konstruksi tiang TR-5 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang penegang. Kabel dikaitkan pada fixed dead-end assambly. Tiang penegang/tiang tarik adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dimana gaya tarik kawat pekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan.
Konstruksi tiang TR-5 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang penegang. Kabel dikaitkan pada fixed dead-end assambly. Tiang penegang/tiang tarik adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dimana gaya tarik kawat pekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar