Selama ini ada pemahaman bahwa yang
dimaksud transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan
menggunakan tegangan tinggi saja. Bahkan ada yang memahami bahwa transmisi
adalah proses penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan
melalui saluran udara (over head line). Namun sebenarnya, transmisi adalah
proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang
besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi
(EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV).
- Berfungsi
menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
- Terdiri dari
konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui
isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi.
- Standar
tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan 150
KV.
Beberapa hal yang perlu diketahui: - Transmisi 30
KV dan 70 KV yang ada di Indonesia, secara berangsur-angsur mulai
ditiadakan (tidak digunakan).
- Transmisi 70
KV dan 150 KV ada di Pulau Jawa dan Pulau lainnya di Indonesia. Sedangkan
transmisi 275 KV dikembangkan di Sumatera.
- Transmisi 500
KV ada di Pulau Jawa.
Di Indonesia, kosntruksi transmisi terdiri dari : - Menggunakan
kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah, tegangan menengah dan
tegangan tinggi.
·
Menggunakan
kabel udara untuktegangan tingg dan tegangan ekstra tinggi.
Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari klasifikasi tegangannya:
1. SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) 200 KV – 500 KV
Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari klasifikasi tegangannya:
1. SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) 200 KV – 500 KV
·
Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di
atas
500 MW.
· Tujuannya adalah agar
drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga
diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
·
Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang
(tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator
yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.
·
Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah
sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya
protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET, Permintaan ganti rugi
tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi, Adanya permintaan ganti
rugi sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya.
- Pembangunan transmisi ini cukup
efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km.
2. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV – 150 KV
- Tegangan operasi antara 30 KV
sampai dengan 150 KV.
- Konfigurasi jaringan pada
umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa
dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya
digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.
- Apabila kapasitas daya yang
disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari
dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut
Bundle Conductor.
- Jika transmisi ini beroperasi
secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif adalah 100 km.
- Jika jarak transmisi lebih dari
100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu besar, sehingga tegangan
diujung transmisi menjadi rendah.
- Untuk mengatasi hal tersebut
maka sistem transmisi dihubungkan secara ring system atau interconnection
system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di
Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.
3. SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV – 150 KV
SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa), dengan beberapa pertimbangan : - Di tengah kota besar tidak
memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan tanah untuk
tapak tower.
- Untuk Ruang Bebas juga sangat
sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat bangunan dan
banyak gedung-gedung tinggi.
- Pertimbangan keamanan dan
estetika.
- Adanya permintaan dan
pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Jenis kabel yang digunakan: - Kabel yang berisolasi
(berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross Link Poly Etheline (XLPE).
- Kabel yang isolasinya berbahan
kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper impregnated).
Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan: - Single core dengan penampang
240 mm2 – 300 mm2 tiap core.
- Three core dengan penampang 240
mm2 – 800 mm2 tiap core.
- Pertimbangan fabrikasi.
- Pertimbangan pemasangan di
lapangan.
Kelemahan SKTT: - Memerlukan biaya yang lebih
besar jika dibanding SUTT.
- Pada saat proses pembangunan
memerlukan koordinasi dan penanganan yang kompleks, karena harus
melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah kota (Pemkot) sampai dengan
jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian,
dan lain-lain.
Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter.Untuk desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa sambungan sesuai kebutuhan.
Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable) dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu: - Sub marine cable 150 KV Gresik
– Tajungan (Jawa – Madura).
- Sub marine cable 150 KV
Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).
Beberapa hal yang perlu diketahui: - Sub marine cable ini ternyata
rawan timbul gangguan.
- Direncanakan akan didibangun
sub marine cable Jawa – Sumatera.
Untuk
Jawa – Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang (diletakkan)
di atas Jembatan Suramadu.
4. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV – 30 KV
Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV. Namun secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini hampir semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV.
4. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV – 30 KV
Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV. Namun secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini hampir semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV.
- Transmisi SUTM digunakan pada
jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yang menghubungkan dari
Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke
Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen).
- Berdasarkan sistem pentanahan
titik netral trafo, efektifitas penyalurannya hanya pada jarak (panjang)
antara 15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari jarak
tersebut, efektifitasnya menurun, karena relay pengaman tidak bisa bekerja
secara selektif.
- Dengan mempertimbangkan
berbagai kondisi yang ada (kemampuan likuiditas atau keuangan, kondisi
geografis dan lain-lain) transmisi SUTM di Indonesia melebihi kondisi
ideal di atas.
5. SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV – 20 KV
Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.
Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM adalah: - Kondisi setempat yang tidak
memungkinkan dibangun SUTM.
- Kesulitan mendapatkan ruang
bebas (ROW), karena berada di tengah kota dan pemukiman padat.
- Pertimbangan segi estetika.
Beberapa hal yang perlu diketahui: - Pembangunan transmisi SKTM
lebih mahal dan lebih rumit, karena harga kabel yang jauh lebih mahal
dibanding penghantar udara dan dalam pelaksanaan pembangunan harus
melibatkan serta berkoordinasi dengan banyak pihak.
- Pada saat pelaksanaan pembangunan
transmisi SKTM sering menimbulkan masalah, khususnya terjadinya kemacetan
lalu lintas.
- Jika terjadi gangguan,
penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit dan memerlukan waktu
yang lebih lama jika dibandingkan SUTM.
- Hampir seluruh (sebagian besar)
transmisi SKTM telah terpasang di wilayah PT. PLN (Persero) Distribusi DKI
Jakarta & Tangerang.
6. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR) 40 VOLT – 1000 VOLT
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.
Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh: - Susut tegangan yang disyaratkan.
- Luas penghantar jaringan.
- Distribusi pelanggan sepanjang
jalur jaringan distribusi.
- Sifat daerah pelayanan (desa,
kota, dan lain-lain).
- Susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan – 10 %,
dengan radius pelayanan berkisar 350 meter.
Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage Twisted Cable (LVTC).
7. SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR) 40 VOLT – 1000 VOLT
Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam tanah.Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW) tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.
Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan: - Sistem transmisi tegangan
menengah yang ada, misalnya karena menggunakan transmisi SKTM.
- Faktor estetika.
Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah perkotaan, terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek estetika.
Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan, antara
lain: - Biaya investasi mahal.
- Pada saat pembangunan sering
menimbulkan masalah.
- Jika terjadi gangguan,
perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif lama untuk
perbaikannya.
Sebagai mana
yang kita ketahui bahwa perlatan-peralatan elektrikal seperti Switchgear,
Trafo, harus kembali menjalani beberapa test setibanya di site, salah satunya
adalah HV-test atau biasa disebut Hipot test.
Berikut adalah step-step dan prosedure melakukan
HV test berdasarkan technical practise dan pengalaman :
1. Persyaratan Umum
- HV test harus dilakukan oleh authorized personel
- Safety officer dan commissioning personel harus menyaksikan dan memverifikasi
- Semua personel yang terlibat harus mendapatkan ijin masuk site
2. Tujuan
- Tujuan HV test adalah untuk mengetahui jika terdapat kebocoran arus pada saat test
1. Persyaratan Umum
- HV test harus dilakukan oleh authorized personel
- Safety officer dan commissioning personel harus menyaksikan dan memverifikasi
- Semua personel yang terlibat harus mendapatkan ijin masuk site
2. Tujuan
- Tujuan HV test adalah untuk mengetahui jika terdapat kebocoran arus pada saat test
tegangan tersebut.
3. Persiapan
- Peralatan uji HV harus ditempatkan di sisi Switchgear yang akan di test.
- Kabel MV harus dilepas dari Terminal MV dan busbar harus diisolasi dari Main CB,VTS,
3. Persiapan
- Peralatan uji HV harus ditempatkan di sisi Switchgear yang akan di test.
- Kabel MV harus dilepas dari Terminal MV dan busbar harus diisolasi dari Main CB,VTS,
arrester
Surge, kontrol Kabel.
- Semua terminal sekunder CT harus dilepas da diisolasi.
- Amankan daerah pengujian dengan tanda keselamatan (papan peringatan / klakson/
- Semua terminal sekunder CT harus dilepas da diisolasi.
- Amankan daerah pengujian dengan tanda keselamatan (papan peringatan / klakson/
dan sebagainya.
- Pastikan wilayah pengujian bersih.
- Sediakan Power Supply untuk alat uji Hi-pot.
4. Langkah-langkah pengujian
- Siapkan gambar dan alat-alat.
- Keselamatan Koordinasi dengan personil yang terlibat tentang lingkup pekerjaan.
- Lepaskan semua peralatan yang dapat rusak dengan uji HV
- Amankan daerah benda uji untuk safety.
- Pastikan wilayah pengujian bersih.
- Lakukan test Tahanan Isolasi selama 1 menit per titik uji sebelum uji HV.
- Discharge tegangan sisa pada Obyek ke tanah menggunakan grounding stick.
- Lakukan DC / AC HV test dan peningkatan tegangan perlahan-lahan. Pantau
- Pastikan wilayah pengujian bersih.
- Sediakan Power Supply untuk alat uji Hi-pot.
4. Langkah-langkah pengujian
- Siapkan gambar dan alat-alat.
- Keselamatan Koordinasi dengan personil yang terlibat tentang lingkup pekerjaan.
- Lepaskan semua peralatan yang dapat rusak dengan uji HV
- Amankan daerah benda uji untuk safety.
- Pastikan wilayah pengujian bersih.
- Lakukan test Tahanan Isolasi selama 1 menit per titik uji sebelum uji HV.
- Discharge tegangan sisa pada Obyek ke tanah menggunakan grounding stick.
- Lakukan DC / AC HV test dan peningkatan tegangan perlahan-lahan. Pantau
kebocoran
pada interval sampai nilai uji nominal tercapai.
- Tegangan Nominal DC Hi-pot adalah 3 x Un (Phasa ke Netral), durasi 10 menit per
- Tegangan Nominal DC Hi-pot adalah 3 x Un (Phasa ke Netral), durasi 10 menit per
titik uji. Mengacu pada IEC-60298, IEC-60694.
- Tegangan Nominal untuk AC tes Hi-pot adalah 80% dari nilai tegangan pada objek,
- Tegangan Nominal untuk AC tes Hi-pot adalah 80% dari nilai tegangan pada objek,
durasi 10 menit per titik uji. Lihat IEC
62271-200: 2003.
- Catat nilai kebocoran arus setiap 1 menit.
- Setelah 10 menit, kurangi tegangan rendah perlahan sampai nol dan kemudian
- Catat nilai kebocoran arus setiap 1 menit.
- Setelah 10 menit, kurangi tegangan rendah perlahan sampai nol dan kemudian
matikan tes HV.
- Discharge tegangan sisa pada Obyek ke Ground menggunakan grounding stick.
- Lakukan test Tahanan Isolasi untuk 1 menit per titik uji setelah pengujian HV.
- Discharge tegangan sisa pada Obyek ke tanah menggunakangrounding stick.
- Catat semuanya pada form yang telah disediakan..
- Discharge tegangan sisa pada Obyek ke Ground menggunakan grounding stick.
- Lakukan test Tahanan Isolasi untuk 1 menit per titik uji setelah pengujian HV.
- Discharge tegangan sisa pada Obyek ke tanah menggunakangrounding stick.
- Catat semuanya pada form yang telah disediakan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar