Selasa, 22 September 2015

SERBA SERBI LISTRIK DAN ANEKA TANTANGANNYA

Pembangkit Listrik

Bila  kita bicara tentang energi, tentunya kita memilih energi yang ramah lingkungan dan murah, kiranya mungkin ada yang mau memberikan ide pembuatan micro hidro yang efektif maupun pembangkitan2 yang lain, supaya nantinya bisa dibuat pembelajaran Disekolah kami SMKN 26 Jakarta siswa kelas 3 sekarang di beri tugas akhir, mereka merencanakan pembuatan pembangkit kecil meliputi :
  1. PLTMH (Sungai kecil dibelakang sekolah)
  2. PLTS (Solar sel)
  3. PLTB (Angin)
  4. PLTM (Sepeda)


Segi Tiga Daya


Gardu Tiang Trafo

GTT (Gardu Tiang Trafo)

· GW = Ground Wire
· LA = Lighting Arrester

GW dan LA akan bekerja secara optimal apabila nilai tahanan tanah (grounding) mendekati nol

1. SOP pengoperasian GTT yang dilengkapi dengan PHB-TR sebagai berikut :
· Melepas beban jaringan tegangan rendah
1. Melepas fuse jurusan JTR secara bertahap (no 11)
2. Melepas fuse utama JTR (no 9)
3. Melepas saklar utama JTR (no 8)
4. Melepas CO JTM secara bertahap (no 2)
· Memasukkan beban jaringan tegangan rendah
1. Masukkan CO bertahap (no 2)
2. Masukkan saklar utama (no 8)
3. Masukkan fuse utama (no 9)
4. Masukkan fuse jurusan bertahap (no 11)
Untuk mengoptimalkan operasi dan pengamanan GTT, penyaluran pentanahan harus dipasang berdasarkan klasifikasi system. Saluran pentanahan netral trafo digabung dengan saluran netral SUTR dan digrounding. Untuk saluran LA digabungan dengan rangka / body trafo dan rangka PHB – TR serta ditanahkan secara tersendiri.
2. LIGHTING ARRESTER (LA)
LA digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap tegangan lebih surja petir, system pemasangan LA, Sebagai berikut :
1. LA dipasang antara SUTM dan CO, apabila saluran terkena surja petir akan diamankan LA dan disalurkan ke tanah, gambar a.
2. LA dipasang setelah CO, apabila SUTM tersambar surja petir akan diamankan CO, gambar b (Sistem pada PLN distribusi Jatim)


wiring

Wiring Pada Jaringan Distribusi
Pada Jaringan listrik GTT (gadu tiang trafo) input pada sisi primer tegangan 20 KV diturunkan menjadi 220/380 V pada sisi sekunder trafo, hubungan pada trafo distrbusi pada sisi primer dihubungkan delta dan pada sisi sekunder hubungan bintang, tegangan antar fasa terlihat pada gambar besarnya 380 V, fasa dengan netral 220 V.

Gambaran Sistem Distribusi

Gambaran Umum Sistem Distribusi
Jaringan distribusi adalah merupakan bagian dari sistem tenaga listrik secara keseluruhan, dan berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari suatu sumber besar (Bulk Power Source) sampai keseluruhan pelayanan konsumen.
Sistem jaringan distribusi dapat dibagi dalam dua klasifikasi yaitu :
a) Jaringan distribusi primer
b) Jaringan distribusi sekunder
Secara umum sistem distribusi dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain:
1. Sumber Daya Besar (Bulk Power Source)
Yaitu merupakan pusat penerima daya saluran transmisi dan mengubahnya menjadi saluran subtransmisi.
2. Jaringan Subtransmisi
Yaitu merupakan jaringan yang menyalurkan daya dari sumber daya besar menuju ke gardu induk distribusi.
3. Gardu Induk Distribusi
Yaitu merupakan tempat penerima daya dari jaringan subtransmisi dan merubah tegangan jaringan distribusi primer.
4. Jaringan Distribusi Primer
Yaitu merupakan jaringan yang menyalurkan daya dari gardu induk menuju transformator distribusi.
5. Transformator Distribusi
Yaitu dapat menerima daya dari jaringan distribusi primer dan mengubah tegangan tersebut menjadi tegangan yang diperlukan oleh konsumen (beban).
6. Jaringan Distribusi Sekunder
Yaitu merupakan jaringan yang menyalurkan daya dari transformator distribusi menuju konsumen atau beban. Jaringan distribusi sekunder diatas dapat dilihat pada single line dibawah ini :
Tegangan yang keluar dari pembangkit tenaga listrik, mempunyai sistem tegangan menengah 11 kV. Kemudian tegangan dinaikkan menjadi tegangan transmisi yang besarnya berkisar antara 70, 150, 500 kV. Dengan menaikkan tegangan tersebut maka dapat memperkecil kerugian yang terdapat pada saluran transmisi sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I 2 R). Atau dengan daya yang sama, bila tegangan dinaikkan maka arus yang mengalir akan lebih kecil dan kerugian daya akan lebih kecil.
Pada gardu induk distribusi, tingkat tegangan subtransmisi diturunkan menjadi tingkat tegangan distribusi primer yang besarnya 20 kV. Dan pada gardu induk distribusi, tingkat tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan sekunder yang besarnya berkisar antara 380/ 220 Volt.
Keterangan :
A. Generator = Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, tegangan 11 kV
B. Trafo (step up) = Gardu Induk, tegangan 11 kV / 70 – 500 kV
C. Transmisi = Saluran Transmisi tegangan 70 – 500 kV
D. Trafo (step down) = Gardu Induk, tegangan 70/20 kV
E. Distribusi Primer = Jaringan Tegangan Menengah 20 kV
F. Trafo (step down) = Gardu Distribusi, 20 kV / (400/231 V)
G. Distribusi Sekunder = Jaringan Tegangan Rendah, 380/220 V
Dari busbar GI tenaga listrik disalurkan melalui feder-feder saluran udara kedaerah-daerah beban, menggunakan sitem 3 fasa, 3 kawat, dengan tegangan antar fasa 20 kV.

 

Sistem Distribusi

Sistem Jaringan Distribusi
Jaringan Tegangan Menengah adalah jaringan tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan gardu induk sebagai suplay tenaga listrik dengan gardu – gardu distribusi. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Distribusi pada umumnya adalah 20 kV. Jaringan ini mempunyai struktur/pola sedemikian rupa, sehingga dalam pengoperasiannya mudah dan handal.
1. Sistem / pola Radial
Pola ini merupakan pola yang paling sederhana dan umumnya banyak digunakan di daerah pedesaan / sistem yang kecil. Umunya menggunakan SUTM(Saluran Udara Tegangan Menengah), Sistem Radial tidak terlalu rumit, tetapi memiliki tingkat keandalan yang rendah.
2. Sistem / pola open loop
Merupakan pengembangan dari sistem radial, sebagai akibat dari diperlukannya kehandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem di sisi tegangan tinggi, karena hal ini diperlukan untuk manuver beban pada saat terjadi gangguan.
3. Sistem / pola Close Loop
Sistem close loop ini layak digunakan untuk jaringan yang dipasok dari satu gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit biasanya menggunakan rele arah(bidirectional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi dibanding sistem yang lain.

4. Sistem / pola Spindel
Sistem ini pada umumnya banyak digunakan di Distribusi Memiliki kehandalan yang relatif tinggi karena disediakan satu expres feeder / penyulang tanpa beban dari gardu induk sampai gardu hubung Biasanya pada tiap penyulang terdapat gardu tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik manufer apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut.
5. Sistem / pola Cluster
Sistem cluster sangat mirip dengan sistem spindel, juga disediakan satu feeder khusus tanpa beban(feeder expres).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar