Pembangkit Listrik
Bila kita
bicara tentang energi, tentunya kita memilih energi yang ramah lingkungan dan
murah, kiranya mungkin ada yang mau memberikan ide pembuatan micro hidro yang
efektif maupun pembangkitan2 yang lain, supaya nantinya bisa dibuat
pembelajaran Disekolah kami SMKN 26 Jakarta siswa kelas 3 sekarang di beri tugas akhir, mereka
merencanakan pembuatan pembangkit kecil meliputi :
- PLTMH (Sungai kecil dibelakang sekolah)
- PLTS (Solar sel)
- PLTB (Angin)
- PLTM (Sepeda)
Segi Tiga Daya
Gardu Tiang Trafo
GTT (Gardu Tiang Trafo)
· GW =
Ground Wire
· LA =
Lighting Arrester
GW dan LA akan bekerja secara optimal apabila nilai tahanan tanah
(grounding) mendekati nol
1. SOP pengoperasian GTT yang
dilengkapi dengan PHB-TR sebagai berikut :
· Melepas beban jaringan
tegangan rendah
1. Melepas fuse jurusan JTR
secara bertahap (no 11)
2. Melepas fuse utama JTR (no
9)
3. Melepas saklar utama JTR (no
8)
4. Melepas CO JTM secara
bertahap (no 2)
· Memasukkan beban jaringan
tegangan rendah
1. Masukkan CO bertahap (no 2)
2. Masukkan saklar utama (no 8)
3. Masukkan fuse utama (no 9)
4. Masukkan fuse jurusan
bertahap (no 11)
Untuk mengoptimalkan operasi dan
pengamanan GTT, penyaluran pentanahan harus dipasang berdasarkan klasifikasi
system. Saluran pentanahan netral trafo digabung dengan saluran netral SUTR dan
digrounding. Untuk saluran LA digabungan dengan rangka / body trafo dan rangka
PHB – TR serta ditanahkan secara tersendiri.
2. LIGHTING ARRESTER (LA)
LA digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap tegangan
lebih surja petir, system pemasangan LA, Sebagai berikut :
1. LA
dipasang antara SUTM dan CO, apabila saluran terkena surja petir akan diamankan
LA dan disalurkan ke tanah, gambar a.
2. LA
dipasang setelah CO, apabila SUTM tersambar surja petir akan diamankan CO,
gambar b (Sistem pada PLN distribusi Jatim)
wiring
Wiring Pada
Jaringan Distribusi
Pada
Jaringan listrik GTT (gadu tiang trafo) input pada sisi primer tegangan 20 KV
diturunkan menjadi 220/380 V pada sisi sekunder trafo, hubungan pada trafo
distrbusi pada sisi primer dihubungkan delta dan pada sisi sekunder hubungan
bintang, tegangan antar fasa terlihat pada gambar besarnya 380 V, fasa dengan
netral 220 V.
Gambaran Sistem Distribusi
Gambaran Umum Sistem Distribusi
Jaringan
distribusi adalah merupakan bagian dari sistem tenaga listrik secara
keseluruhan, dan berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari suatu sumber
besar (Bulk Power Source) sampai keseluruhan pelayanan konsumen.
Sistem jaringan
distribusi dapat dibagi dalam dua klasifikasi yaitu :
a) Jaringan
distribusi primer
b) Jaringan
distribusi sekunder
Secara umum
sistem distribusi dapat dibagi atas beberapa bagian
antara lain:
1. Sumber
Daya Besar (Bulk Power Source)
Yaitu merupakan pusat penerima daya
saluran transmisi dan mengubahnya menjadi saluran subtransmisi.
2.
Jaringan Subtransmisi
Yaitu merupakan jaringan yang
menyalurkan daya dari sumber daya besar menuju ke gardu induk distribusi.
3. Gardu
Induk Distribusi
Yaitu merupakan tempat penerima daya
dari jaringan subtransmisi dan merubah tegangan jaringan distribusi primer.
4.
Jaringan Distribusi Primer
Yaitu merupakan jaringan yang menyalurkan daya dari
gardu induk menuju transformator distribusi.
5.
Transformator Distribusi
Yaitu dapat menerima daya dari
jaringan distribusi primer dan mengubah tegangan tersebut menjadi tegangan yang
diperlukan oleh konsumen (beban).
6.
Jaringan Distribusi Sekunder
Yaitu merupakan jaringan yang menyalurkan daya dari
transformator distribusi menuju konsumen atau beban. Jaringan distribusi
sekunder diatas dapat dilihat pada single line dibawah ini :
Tegangan yang
keluar dari pembangkit tenaga listrik,
mempunyai sistem tegangan menengah 11 kV. Kemudian tegangan dinaikkan menjadi
tegangan transmisi yang besarnya berkisar antara 70, 150, 500 kV. Dengan
menaikkan tegangan tersebut maka dapat memperkecil kerugian yang terdapat pada
saluran transmisi sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I 2
R). Atau dengan daya yang sama, bila tegangan dinaikkan maka arus yang
mengalir akan lebih kecil dan kerugian daya akan lebih kecil.
Pada gardu induk
distribusi, tingkat tegangan subtransmisi diturunkan menjadi tingkat tegangan
distribusi primer yang besarnya 20 kV. Dan pada gardu induk distribusi, tingkat
tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan sekunder yang
besarnya berkisar antara 380/ 220 Volt.
Keterangan :
A. Generator = Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik, tegangan 11 kV
B. Trafo (step up) = Gardu
Induk, tegangan 11 kV / 70 – 500 kV
C. Transmisi = Saluran
Transmisi tegangan 70 – 500 kV
D. Trafo (step down) = Gardu
Induk, tegangan 70/20 kV
E. Distribusi Primer =
Jaringan Tegangan Menengah 20 kV
F. Trafo (step down) =
Gardu Distribusi, 20 kV / (400/231 V)
G. Distribusi Sekunder =
Jaringan Tegangan Rendah, 380/220 V
Dari busbar GI
tenaga listrik disalurkan melalui feder-feder saluran udara kedaerah-daerah
beban, menggunakan sitem 3 fasa, 3 kawat, dengan tegangan antar fasa 20 kV.
Sistem Distribusi
Sistem
Jaringan Distribusi
Jaringan Tegangan Menengah adalah jaringan tenaga listrik
yang berfungsi untuk menghubungkan gardu induk sebagai suplay tenaga listrik
dengan gardu – gardu distribusi. Sistem tegangan menengah yang digunakan di
Distribusi pada umumnya adalah 20 kV. Jaringan ini mempunyai struktur/pola
sedemikian rupa, sehingga dalam pengoperasiannya mudah dan handal.
1. Sistem / pola Radial
Pola ini merupakan pola yang paling sederhana dan umumnya
banyak digunakan di daerah pedesaan / sistem yang kecil. Umunya menggunakan
SUTM(Saluran Udara Tegangan Menengah), Sistem Radial tidak terlalu rumit,
tetapi memiliki tingkat keandalan yang rendah.
2. Sistem / pola open loop
Merupakan pengembangan dari sistem radial, sebagai akibat
dari diperlukannya kehandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat
dipasok dalam satu gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi
harus dalam satu sistem di sisi tegangan tinggi, karena hal ini diperlukan
untuk manuver beban pada saat terjadi gangguan.
3. Sistem / pola Close Loop
Sistem close loop ini layak digunakan untuk jaringan yang
dipasok dari satu gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit
biasanya menggunakan rele arah(bidirectional). Sistem ini mempunyai kehandalan
yang lebih tinggi dibanding sistem yang lain.
4. Sistem / pola Spindel
Sistem ini pada umumnya banyak digunakan di Distribusi
Memiliki kehandalan yang relatif tinggi karena disediakan satu expres feeder /
penyulang tanpa beban dari gardu induk sampai gardu hubung Biasanya pada tiap
penyulang terdapat gardu tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik
manufer apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut.
5. Sistem / pola Cluster
Sistem cluster sangat mirip dengan sistem spindel, juga
disediakan satu feeder khusus tanpa beban(feeder expres).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar