TINJAUAN UMUM GARDU INDUK
Gardu induk di sebut juga gardu unit pusat beban yang
merupakan gabungan dari transformer dan rangkaian switchgear yang tergabung
dalamsatu kesatuan melalui sistem kontrol yang saling mendukung untuk keperluan
operasional. Pada dasarnya gardu induk bekerja mengubahtegangan yang
dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik menjaditenaga listrik menjadi
tegangan tinggi atau tegangan transmisi dansebaliknya mengubah tegangan
menengah atau tegangan distribusi.
Gardu Induk juga merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik,
atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari
sistem tenaga listrik. Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga
listrik. Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk
mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari
sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
Pengaturan daya ke gardu-gardu induk
lainnya melalui tegangan tinggi dan gardu-gardu induk distribusi melalui feeder
tegangan menengah.
1.1 Fungsi
Gardu Induk
Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari system penyaluran
(transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem
tenaga listrik.
Fungsi
gardu induk secara umum :
Mentransformasikan
daya listrik :
Dari
tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
Dari
tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
Dari
tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20 KV).
Dengan
frequensi tetap (di Indonesia 50/60 Hertz).
Untuk
pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari system tenaga listrik.
Pengaturan
pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan tinggi dan ke
gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses penurunan tegangan
melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di
gardu induk.
Untuk
sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita kenal dengan
istilah SCADA. Menyalurkan
tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai dengan kebutuhan pada tegangan tertentu. Daya
listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari gardu induk lain.
2.2 KLASIFIKASI GARDU INDUK
Gardu
induk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam menurut dari segi
fungsi, segi pemasangan, dll. Berikut adalah jenis-jenis dari Gardu Induk :
Gardu induk (substations) berdasarkan
dari pemasangan peralatan dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis,
antara lain :
2.2.1 Gardu Induk Pasang Luar
(out door substation)
Gardu induk jenis pasangan luar terdiri dari peralatan
tegangan tinggi pasangan luar. Pasangan
luar yang dimaksud adalah diluar gedung atau bangunan. Walaupun ada beberapa peralatan yang
lain berada di dalam gedung, seperti peralatan panel
kontrol, meja penghubung (switch board)
dan baterai. Gardu Induk jenis ini ini memerlukan tanah yang begitu luas namun biaya kontruksinya lebih murah
dan pendinginannya murah.
2.2.2 Gardu Induk Pasangan Dalam (indoor door substation)
Disebut Gardu induk pasangan dalam karena sebagian besar
peralatannya berada dalam suatu bangunan. Peralatan ini sepertihalnya pada
gardu induk pasangan luar. Dari transformator utama, rangkaian switchgear dan
panel kontrol serta batere semuanya. Jenis pasangan dalam ini dipakai untuk menjaga
keselarasan dengan daerah sekitarnya dan untuk menghindari bahaya kebakaran dan
gangguan suara.
2.2.3 Gardu Induk Semi-Pasangan Luar
(semi-out door
substation)
Sebagian peralatan tegangan tingginya terpasang
di dalam gedung dan yang lainnya dipasang
diluar dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan.
Karena konstruksi yang berimbang antara
pasangan dalam dengan pasangan luar inilah tipe gardu induk ini
disebut juga gardu induk semi pasangan
dalam.
2.2.3 Gardu Induk Pasangan Bawah Tanah
(underground
substation)
Sesuai dengan namanya, gardu induk pasangan bawah tanah
hampir semua peralatanya terpasang dalam
bangunan bawah tanah. Hanya alat pendinginan biasanya berada diatas tanah, dan
peralatan-peralatan yang tidak memungkinkan untuk ditempatkan
di bangunan bawah tanah.
Gardu induk jenis ini umumnya berada
dipusat kota, karena tanah
yang tidak memadai.
Gardu induk (substations) berdasarkan
dari tegangan dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain
:
2.2.4 Gardu induk transmisi
Yaitu gardu induk yang mendapat daya dari saluran transmisi untuk
kemudian menyalurkannya ke daerah beban (industri, kota, dan
sebagainya). Gardu induk transmisi yang ada di PLN adalah tegangan tinggi 150
KV dan tegangan tinggi 30 KV.
2.2.5 Gardu
induk distribusi
yaitu gardu induk yang menerima tenaga
dari gardu induk transmisi dengan menurunkan tegangannya melalui transformator
tenaga menjadi tegangan menengah (20 KV, 12 KV atau 6 KV) untuk kemudian tegangan tersebut diturunkan kembali menjadi tegangan rendah
(127/220 V atau 220/380 V) sesuai dengan kebutuhan.
Gardu induk (substations) berdasarkan dari fungsinya dapat
diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
2.2.6 Gardu
Induk Penaik Tegangan
Merupakan gardu induk yang
berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator)
dinaikkan menjadi tegangan sistem. Gardu Induk ini berada di lokasi pembangkit
tenaga listrik. Karena output voltage yang dihasilkan pembangkit listrik kecil
dan harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi,
tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.
2.2.7 Gardu Induk Penurun Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan, dari
tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih rendah dan menengah atau
tegangan distribusi. Gardu Induk terletak di daerah pusat-pusat
beban, karena di gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.
2.2.8 Gardu
Induk Pengatur Tegangan
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga
listrik. Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh
(voltage drop) transmisi yang cukup besar. Oleh karena diperlukan alat penaik
tegangan, seperti bank capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan
normal.
2.2.9.Gardu
Induk Pengatur Beban
Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang beban
motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor berubah
menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau menjadi beban,
dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan air kembali ke kolam
utama.
2.2.10. Gardu
Induk Distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ke
tegangan distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.
1. Gardu
induk dengan isolasi udara
Merupakan gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara bagian yang
bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan lainnya. Gardu Induk ini
berupa gardu induk konvensional memerlukan tempat terbuka yang cukup
luas.
2.Gardu
induk yang menggunakan isolasi gas SF 6
Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi antara bagian yang
bertegangan yang satu dengan bagian lain yang bertegangan, maupun antara bagian
yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan. Gardu induk ini disebut
Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS), yang memerlukan
tempat yang sempit.
Gardu induk (substations) berdasarkan
dari sistem rel/ busbar yang digunakan dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa
jenis, antara lain :
a. Gardu
induk sistem ring busbar.
Merupakan gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada gardu induk
jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu dengan
lainnya dan membentuk ring (cincin).
b.
Gardu induk sistem single busbar.
Merupakan gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar. Pada umumnya
gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada ujung (akhir) dari
suatu sistem transmisi.
c. Gardu
induk sistem double busbar.
Merupakan gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Gardu induk
sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya pemadaman
beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem). Jenis
gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan.
d. Gardu
induk sistem satu setengah (on half) busbar.
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada umumnya
gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit tenaga listrik
atau gardu induk yang berkapasitas besar. Dalam segi operasional, gardu induk
ini sangat efektif, karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan
perubahan system (manuver system). Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu
diagonal yang terpasang secara deret (seri).
2.3 PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GARDU INDUK
Gardu induk merupakan suatu sistem
Instalasi listrik yang terdiri dari beberapa perlengkapan peralatan listrik dan
menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi
primer. Gardu induk dilengkapi komponen utama sebagai fasilitas yang diperlukan
sesuai dengan tujuannya serta mempunyai fasilitas untuk operasi dan
pemeliharaan. , Secara umum perlatan dan perlengkapan pokok
yang ada di Gardu Induk terdiri dari :
2.3.1 Transformator
Daya
Transformator daya atau tenaga merupakan peralatan
listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari tegangan tinggi
(500 KV) ke tegangan menengah (200 KV) atau sebaliknya (mentransformasikan
tegangan).
2.3.2.
Transformator Tegangan
Trafo tegangan disebut juga potensial transformator adalah trafo yang
berfungsi menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan menengah dan tegangan
rendah, untuk sumber tegangan alat-alat ukur dan alat-alat proteksi. Fungsi
trafo tegangan (potensial transformer) :
1.
Memperkecil
besaran tegangan pada system tenaga listrik menjadi
besaran tegangan untuk
system pengukuran atau proteksi.
2.
Mengisolasi
rangkaian sekunder tehadap rangkaian primer.
3. Memungkinkan standarisasi rating tegangan untuk peralatan sisi
sekunder.
2.3.3.
Transformator Arus
Trafo arus disebut juga current transformer (CT) berfungsi untuk
menurunkan arus besar pada tegangan tinggi menjadi arus kecil pada tegangan
rendah untuk keperluan pengukuran dan pengaman. Menurut tipe kontruksinya :
a. Tipe Cincin (ring/window tipe)
b. Tipe Tangki Minyak
c. Tipe cor-coran Cast Resin (mounded cast resin tipe)
2.3.4. Transformator Bantu
Transformator bantu adalah trafo
yang digunakan untuk membantu beroperasinya secara keseluruhan gardu
induk tersebut. Jadi merupakan pasokan utama untuk alat-alat bantu
seperti motormotor 3 fasa yang digunakan sebagai motor pompa
sirkulasi minyak trafo beserta motor-motor kipas pendingin. Yang
paling penting adalah sebagai pasokan sumber tenaga cadangan
seperti sumber DC yang merupakan sumber utama jika terjadi
gangguan dan sebagai pasokan tenaga untukproteksi sehingga proteksi
tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus AC.
2.3.5. Busbar/ rel
Merupakan titik pertemuan/hubungan antara
trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik
lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik. Bahan
dari rel terbuat dari bahan tembaga (bar copper atau hollow conductor). Ada beberapa jenis konfigurasi busbar
yang digunakan hingga saat ini.
2.3.6 Aresster
Berfungsi sebagai alat untuk melindungi isolasi atau mengamankan
instalasi (peralatan listrik pada instalasi) dari gangguan tegangan lebih yang
diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi dari suatu
penyambungan atau pemutusan rangkaian, alat ini bersifat sebagai by-pass
disekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat
sistem pentanahan sehingga akan menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan
tidakmerusak isolasi peralatan listrik.
2.3.7. Saklaar Pemisah (PMS)
Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik
dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka
atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban. Oleh karena
itu pemisah tidak boleh dihubungkan atau dikeluarkan dari rangkaian listrik
dalam keadaan berbeban. Cara pemasangan PMS dibedakan ataspasangan dalam dan pasangan luar.
Tenaga penggerak dari PMS adalah secara manual, motor, pneumatic atau angin dan
hidrolis.
2.3.8. Pemutus Tenaga
Pemutus tenaga (PMT) adalah peralatan atau saklar untuk
menghubungkan atau memutuskan suatu rangkaian/jaringan listrik sesuai dengan
ratingnya. PMT memutuskan hubungan daya listrik bila terjadi gangguaan, baik
dalam keadaan berbeban maupun tidak berbeban dan proses ini di lakukan dengan
cepat. Pada waktu menghubungkan atau memutus beban, akan terjadi tegangan
recovery yaitu suatu fenomena tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu
sakelar pemutus dilengkapi dengan media peredam busur api tersebut, seperti
media udara dan gas SF6.
2.3.9. Sakelar Pentanahan
Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor
dengan tanah / bumi yang berfungsi untuk menghilangkan/ mentanahkan tegangan induksi pada konduktor pada saat akan dilakukan
perawatan atau pengisolasian suatu sistem. Sakelar Pentanahan ini dibuka dan
ditutup hanya apabila sistem dalam keadaan tidak bertegangan (PMS dan PMT sudah
membuka).
2.3.10. Kompensator
Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga
Listrik disebut pula alat pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh
tegangan pada saluran transmisi atau transformator, dengan mengatur daya
reaktif atau dapat pula dipakai untuk menurunkan rugi daya dengan memperbaiki
faktor daya. Alat tersebut ada yang berputar dan ada yang stationer, yang
berputar adalah kondensator sinkron dan kondensator asinkron, sedangkan yang
stationer adalah kondensator statis atau kapasitor shunt dan reaktor shunt.
2.3.11. Rele Proteksi dan Papan Alarm
Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara
otomatis untuk mengamankan suatu peralatan listrik saat terjadi gangguan,
menghindari atau mengurangi terjadinya kerusakan peralatan akibat gangguan dan
membatasi daerah yang terganggu sekecil mungkin. Kesemua manfaat tersebut akan
memberikan pelayanan penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang
tinggi. Sedangkan papan alarm atau announciator adalah sederetan nama-nama
jenis gangguan yang dilengkapi dengan lampu dan suara sirine pada saat terjadi
gangguan, sehingga memudahkan petugas untuk mengetahui rele proteksi yang
bekerja dan jenis gangguan yang terjadi.
2.3.12. Baterai
Sumber tenaga untuk sistem kontrol dan
proteksi selalu mempunyai keandalan dan stabilitas yang tinggi, maka batere
dipakai sebagai sumber tenaga kontrol dan proteksi pada gardu induk. Peranan
dari batery sangat penting karena pada saat gangguan terjadi, batery sebagai
sumber tenaga untuk menggerakkan alat-alat kontrol dan proteksi. Bentuk fisik
baterai yang digunakan pada gardu induk : Menurut bahan elektrolit yang
digunakan maka baterai dapat dibedakan atas dua, yaitu:
belerang. Baterai timah hitam ada dua macam yaitu:
1. Lead-antimony
2. Lead-calcium
b. Baterai
alkali (alkali stroge batery) : bahan elektrolitnya adalah larutan alkali
(patassium hydroxide). Batery alkali ada dua macam yaitu:
1. Nickel-iron-alkaline storage batery
(NI-Fe batery).
2. Nickel-cadmium battery (Ni-Cd
battery).
2.4 .SISTEM PROTEKSI GARDU INDUK.
Sistem proteksi adalah suatu sistem pengaman pada peralatan
listrik yang terdapat pad gardu induk yang diakibatkan oleh gangguan alam,
gangguan teknis, kesalahan operasi, dan penyebab lainya.
2.4.1 PEMUTUS TENAGA
Pemutus tenaga (PMT) adalah suatu alat otomatis yang
mampumemutus/menutup rangkaian pada semua kondisi yaitu kondisi gangguan maupun
kondisi normal, atau dapat juga sebagai alat yang dibutuhkan untuk mengontrol
jaringan tenaga listrik dengan membuka circuit dengan menutup circuit (sebagai
sakelar) dengan membawa beban secara pengawasan manual atau otomatis, sedangkan
jika dalam keadaan gangguan atau keadaan tidak normal PMT dapat membuka dengan
bantuan rele yang mendeteksi, sehingga gangguan dapat dipisahkan.
Selama beroperasi pada keadaan normal PMT
dapat dibuka dan ditutup tanpa menimbulkan akibat yang merugikan. Dalam keadaan
gangguan atau keadaan yang tidak normal relay akan mendeteksi dan menutup
rangkaian tripping dari PMT maka akan menggerakkan mekanisme penggerak untuk
membuka kontak-kontak PMT.
2.4.2. RELAY PROTEKSI
Relay adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur /
memasukan suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya
perubahan lain. Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga
bagian utama, seperti pada blok diagram dibawah ini :
Masing-masing elemen/bagian mempunyai
fungsi sebagai berikut :
Elemen pengindera.
Elemen ini berfungsi untuk merasakan
besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan, frekuensi, dan sebagainya
tergantung relay yang dipergunakan. Pada bagian ini besaran yang masuk
akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan
gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut
dikirimkan ke elemen pembanding.
Elemen pembanding.
Elemen ini berfungsi menerima besaran
setelah terlebih dahulu besaran itu diterima oleh elemen oleh elemen pengindera
untuk membandingkan besaran listrik pada saat keadaan normal dengan besaran
arus kerja relay.
Elemen pengukur/penentu.
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan
perubahan secara cepet pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat
untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.
Maksud dan tujuan pemasangan relay proteksi adalah untuk mengidentifikasi
gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang
masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan
atau kerugian yang lebih besar, dengan cara :
- Mendeteksi
adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat membahayakan peralatan
atau sistem dan juga manusia.
- Melepaskan
(memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami keadaan abnormal
lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang terganggu atau
yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan
bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.
2.4.3. RELAY PROTEKSI BUSBAR
Sebagai proteksi utama Busbar adalah RELE
Differensial, yang berfungsi mengamankan pada busbar tersebut terhadap gangguan
yang terjadi di busbar itu sendiri.
Konfigurasi
Busbar ada 3 macam :
- Busbar tunggal ( Single Busbar ).
- Busbar ganda ( Double Busbar ).
- Busbar 1,5 PMT.
Gangguan
pada busbar relatif jarang (kurang lebih 7 %) dibandingkan dengan gangguan pada
penghantar (kurang lebih 60 %) dari keseluruhan gangguan tetapi dampaknya akan
jauh lebih besar dibandingkan pada gangguan penghantar, terutama jika pasokan
yang terhubung ke pembangkit tersebut cukup besar.
Dampak
yang dapat ditimbulkan oleh gangguan di bus jika gangguan tidak segera
diputuskan antara lain adalah kerusakan instalasi, timbulnya masalah stabilitas
transient, dimungkinkan OCR dan GFR di sistem bekerja sehingga pemutusan
menyebar.
2.4.4. PROTEKSI TRAFO TENAGA
Proteksi transrmator
daya terutama bertugas untuk mencegah kerusakan transformator sebagai akibat
adanya gangguan yang terjadi dalam petak/ bay transformator, disamping itu
diharapkan juga agar pengaman transformator dapat berpartisipasi dalam
penyelenggaraan selektifitas sistem, sehingga pengamanan transformator hanya
melokalisasi gangguan yang terjadi di dalam petak/bay transformator saja.
Maksud dan
tujuan pemasangan relay proteksi pada transformator daya adalah untuk
mengamankan peralatan /sistem sehingga kerugian akibat gangguan dapat dihindari
atau dikurangi menjadi sekecil mungkin dengan cara :
1. Mencegah kerusakan transformator akibat adanya gangguan/ketidak normalan
yang terjadi pada transformator atau gangguan pada bay transformator.
2. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat
membahayakan peralatan atau sistem.
3. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami
keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang terganggu
atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin
dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.
4. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
5. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang tbaik kepada konsumen.
Serta mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik
Jenis Proteksi Trafo tenaga
Trafo tenaga diamankan dari berbagai
macam gangguan, diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN
52-1:1983 Bagian Satu, C) :
o Relay arus
lebih
o Relay arus
hubung tanah
o Relay
beban lebih
o Relay
tangki tanah
o Relay
ganggauan tanah
o Relay suhu
o Relay
Bucholz
o Relay
Jansen
o Relay
tekanan lebih
o Relay suhu
o Lightning
arrester
o Rellay
differensial
2.4.5.
SISTEM PENTANAHAN TITIK NETRAL TRAFO TENAGA
Adapun tujuan pentanahan titik
netral transformator daya adalah sebagai berikut :
a. Menghilangkan
gejala-gejala busur api pada suatu sistem.
b. Membatasi
tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa yang sehat).
c. Meningkatkan
keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran tenaga listrik.
d. Mengurangi/membatasi
tegangan lebih transient yang disebabkan oleh penyalaan bunga api yang
berulang-ulang (restrike ground fault).
e. Memudahkan
dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan dalam menentukan lokasi
gangguan.
Metoda-metoda pentanahan titik netral
transformator daya adalah sebagai berikut :
1. Pentanahan
mengambang (floating grounding)
2. Pentanahan
melalui tahanan (resistance grounding)
3. Pentanahan
melalui reaktor (reactor grounding)
4. Pentanahan
langsung (effective grounding)
5. Pentanahan
melalui reaktor yang impedansinya dapat berubah-ubah
(resonant grounding) atau pentanahan dengan kumparan Petersen (Petersen Coil).
2.4.6.
ARRESTER
Surge
Arrester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi peralatan lain dari
tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir) dan pengaruh follow
current. Sebuah arrester harus mampu bertindak sebagai insulator, mengalirkan
beberapa miliampere arus bocor ke tanah pada tegangan sistem dan berubah
menjadi konduktor yang sangat baik, mengalirkan ribuan ampere arus surja ke
tanah, memiliki tegangan yang lebih rendah daripada tegangan withstand dari
peralatan ketika terjadi tegangan lebih, dan menghilangan arus susulan mengalir
dari sistem melalui arrester (power follow current) setelah surja petir atau
surja hubung berhasil didisipasikan.
Lightning
Arrester/ Arrester/ Surge Arrester memiliki peran penting di dalam koordinasi
isolasi peralatan di gardu induk. Fungsi utama dari Lightning Arrester adalah
melakukan pembatasan nilai tegangan pada peralatan gardu induk yang
dilindunginya. Panjang lead yang menghubungkan arrester pun perlu diperhitungkan,
karena inductive voltage pada lead ini ketika terjadi surge akan mempengaruhi
nilai tegangan total paralel terhadap peralatan yang dilindungi.
2.4.7.
PROTEKSI PETIR
Tujuan dari proteksi petir pada serandang adalah untuk mengamankan
peralatan dan instalasi dari sambaran langsung surja petir. Ada beberapa model
pengaman petir antara lain Kawat pentanahan/ Earth Wire/ GSW (Galvanized Steel
Wire) yang direntangkan pada serandang, pemasangan Franklin Rod atau Early
Streamer pada bagian atas serandang.
Kawat Pentanahan atau Earth Wire/ GSW adalah peralatan untuk melindungi
peralatan utama dari sambaran surja petir. Kawat tanah terbuat dari baja yang
sudah digalvanis, maupun sudah dilapisi dengan aluminium. Jumlah Kawat
Pentanahan/ EW/ GSW pada serandang diletakkan pada posisi tertinggi pada
serandang tersebut sehinggga mempunyai sudut perlindungan yang aman (minimum 30
drajat) terhadap peralatan di bawahnya. Pemasangannya dengan cara menggunakan
klem penegang yang dipress atau klem penegang dengan mur baut.
1.1. KESIMPULAN
Jaringan
tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan
transmisi (gardu induk dan jaringan) dan jaringan distribusi. Jaringan tenaga
listrik terdiri dari banyak peralatan yang berbeda jenis dan karakteristik dan
secara fisik dipisahkan oleh pemutus tenaga (PMT). PMT berfungsi untuk
memisahkan/menghubungkan satu bagian jaringan dengan bagian lain, baik jaringan
dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terganggu. Bagian-bagian jaringan
tersebut dapat terdiri dari satu PMT atau lebih.
Dalam
usaha untuk meningkatkan keandalan penyediaan energi listrik, kebutuhan sistem
proteksi yang memadai tidak dapat dihindarkan. Sistem proteksi terdiri dari
peralatan CT, PT, PMT, Catu daya dc/ac, relai proteksi, teleproteksi yang
diintegrasikan dalam suatu rangkaian wiring. Disamping itu diperlukan juga
peralatan pendukung untuk kemudahan operasi dan evaluasi seperti sistem
recorder, sistem scada dan indikasi relai.
Fungsi
peralatan proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian
jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta sekaligus
mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih
besar.
Sistem
Proteksi harus memenuhi syarat sebagai berikut :
- Sensitif
yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun
- Andal
yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan bekerja
bila tidak diperlukan (security).
- Selektif
yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja.
- Cepat
yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya.
Jika
proteksi bekerja sebagaimana mestinya, maka kerusakan yang parah akibat
gangguan mestinya dapat dihindari/dicegah sama sekali, atau kalau gangguan itu
disebabkan karena sudah adanya kerusakan (insulation break down di dalam
peralatan), maka kerusakan itu dapat dibatasi sekecilnya. Selain itu bagian sistem/ peralatan yang dilalalui arus gangguan dapat dihindari
dan kestabilan sistem dapat terjaga.
Sebaliknya
jika proteksi gagal bekerja atau terlalu lambat bekerja, maka arus gangguan ini
berlangsung lebih lama, sehingga panas yang ditimbulkannya dapat mengakibatkan
kebakaran yang hebat, kerusakan yang parah pada peralatan instalasi dan ketidak
stabilan sistem. Tangki trafo daya yang menggelembung atau jebol akibat
gangguan biasanya karena kegagalan kerja atau kelambatan kerja proteksi. Kegagalan
atau kelambatan kerja proteksi juga akan mengakibatkan bekerjanya proteksi lain
disebelah hulunya (sebagai remote back up) sehingga dapat mengakibatkan
pemadaman yang lebih luas atau bahkan runtuhnya sistem (collapse).
Kegagalan
atau kelambatan kerja proteksi dapat disebabkan antara lain oleh :
- elainya telah rusak atau tidak konsisten bekerjanya.
- Setelan (seting) relenya tidak benar(kurang sensitif atau kurang cepat).
- Baterainya lemah atau kegagaLan sistem DC suply sehingga tidak mampu mengetripkan PMT-nya.
- Hubungan kotak kurang baik pada sirkit tripping atau terputus.
- Kemacetan mekanisme tripping pada PMT-nya karena kotor, karat, patah atau meleset.
- Kegagalan PMT dalam memutuskan arus gangguan yang bisa disebabkan oleh arus gangguanya terlalu besar melampaui kemampuan pemutusan (interupting capability), atau kemampuan pemutusannya telah menurun, atau karena ada kerusakan.
- Kekurangsempurnaan rangkaian sistem proteksi antara lain adanya hubungan kontak yang kurang baik.
- Kegagalan saluran komunikasi tele proteksi.