Persyaratan
Instalasi Listrik
Maksud dan
tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini adalah untuk terselenggaranya
dengan baik instalasi listrik. Peraturan ini lebih diutamakan pada keselamatan
manusia ter hadap bahaya sentuhan serta kejutan arus, keamanan instalasi
listrik beserta perlengkapan nya dan keamanan gedung serta isinya terhadap
kebakaran akibat listrik.
1. Persyaratan ini berlaku untuk semua
instalasi arus kuat, baik mengenai perencanaan, pemasangan, pemeriksaan dan
pengujian, pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasannya. Persyaratan umum
instalasi listrik ini tidak berlaku untuk :
a) Bagian dari instalasi listrik dengan
tegangan rendah yang hanya digunakan untuk menyalurkan berita dan isyarat.
b) Bagian dari instalasi listrik yang digunakan
untuk keperluan telekomunikasi dan pelayanan kereta rel listrik.
c) Instalasi listrik dalam kapal laut, kapal
terbang, kereta rel listrik, dan kendaraan lain yang digerakkan secara mekanik.
d) Instalasi listrik dibawah tanah dalam
tambang.
e) Instalasi listrik dengan tegangan rendah
yang tidak melebihi 25 volt dan dayanya tidak melebihi 100 watt.
2. Ketentuan yang Terkait Di samping
Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini, harus pula diperhatikan ketentuan yang
terkait dengan dokumen berikut :
a) Undang undang no. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
b) Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan.
c) Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
d) Peraturan Pemerintah RI No. 10 tahun 1989 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
e) Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1995
tentang Usaha Penunjang Tenaga Listrik.
f) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan.
g) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi, Sertifikasi dan Akreditasi dalam
Lingkungan pertambangan dan energi
3. Syarat-Syarat Instalasi Listrik Di samping
Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan peraturan mengenai kelistrikan yang
berlaku, harus diperhatikan pula syarat-syarat dalam pemasangan instalasi
listrik, antara lain :
a) Syarat ekonomis Instalasi listik harus
dibuat sedemikian rupa sehingga harga
keseluruhan dari instalasi itu mulai dari
perencanaan, pemasangan dan
pemeliharaannya semurah mungkin, kerugian
daya listrik harus sekecil mungkin.
b) Syarat keamanan Instalasi listrik harus
dibuat sedemikian rupa, sehingga kemungkinan timbul kecelakaan sangat kecil.
Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya
peralatan dan benda benda disekitarnya dari kerusakan akibat dari adanya
gangguan seperti: gangguan hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih dan
sebagainya.
c) Syarat keandalan (kelangsungan kerja)
Kelangsungan pengaliran arus listrik kepada konsumen harus terjamin secara
baik. Jadi instalasi listrik harus direncana sedemikian rupa sehingga
kemungkinan terputusnya atau terhentinya aliran listrik adalah sangat kecil.
4. Komponen Pokok Instalasi Listrik Komponen
pokok instalasi listrik adalah
perlengkapan yang paling pokok dalam
suatu rangkaian listrik. Komponen yang
digunakan dalam pemasangan instalasi listrik
banyak macam dan ragamnya.
Namun, pada
dasarnya komponen instalasi listrik dapat dikelompokan sebagai berikut:
a) Bahan
penghantar listrik;
b) Bahan
Isolasi (Isolator Rol);
c) Pipa
Instalasi; d) Kotak Sambung;
e) Sakelar;
f) Fitting;
g) Perlengkapan Bantu.
5. Penghantar Listrik Penghantar atau kabel
yang sering digunakan untuk instalasi listrik penerangan umumnya terbuat dari
tembaga.
Penghantar tembaga setengah keras (BCC ½
H = Bare Copper Conductor Half Hard) memiliki nilai tahanan jenis 0,0185 ohm
mm²/m degangan tegangan tarik putus kurang dari 41 kg/mm². sedangkan penghantar
tambaga keras (BCCH = Bare Copper Conductor Hard), kekuatan tegangan tariknya
41 kg/mm².
Pemuaian tembaga sebagai penghantar
adalah dengan pertimbangan bahwa tembaga merupakan suatu bahan yang mempunyai
daya hantar yang baik setelah perak. Penghantar yang dibuat oleh pabrik yang
dibuat oleh pabrik terdapat beraneka ragamnya. Berdasarkan konstruksinya,
penghantar diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Penghantar pejal (solid); yaitu penghantar
yang berbentuk kawat pejal yang berukuran sampai 10 mm². Tidak dibuat lebih
besar lagi dengan maksud untuk memudahkan penggulungan maupun pemasangannya.
Gambar 1.
Penghantar Pejal
b. Penghantar berlilit (stranded);
penghantarnya terdiri dari beberapa urat kawat yang berlilit dengan ukuran 1
mm² – 500 mm².
Gambar 2.
Penghantar Stranded
c. Penghantar serabut (fleksibel); banyak digunakan
untuk tempat yang sulit dan sempit, alat-alat portabel, alat-alat ukur listrik
11 dan pada kendaraan bermotor. Ukuran kabel ini antara 0,5 mm² - 400 mm².
Gambar 3. Penghantar Serabut
d. Penghantar persegi (busbar); penampang
penghantar ini berbentuk persegi empat yang biasanya digunakan pada PHB (Papan
Hubung Bagi) sebagai rel-rel pembagi atau rel penghubung. Penghantar ini tidak
berisolasi.
Gambar 4. Pengantar Persegi
Adapun bila
ditinjau dari jumlah penghantar dalam satu kabel, penghantar dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Penghantar simplex; ialah kabel yang dapat
berfungsi untuk satu mecam penghantar saja (misal: untuk fasa atau netral
saja). Contoh penghantar simplex ini antara lain: NYA 1,5 mm²; NYAF 2,5 mm² dan
sebagainya.
b. Penghantar duplex; ialah kabel yang dapat
menghantarkan dua aliran (dua fasa yang berbeda atau fasa dengan netral).
Setiap penghantarnya diisolasi kemudian diikat menjadi satu menggunakan
selubung. Penghantar jenis ini contohnya NYM 2x2,5 mm², NYY 2x2,5mm².
Gambar 5.
Kabel NYM
c. Penghantar triplex; yaitu kabel dengan tiga
pengantar yang dapat menghantarkan aliran 3 fasa (R, S dan T) atau fasa, netral
dan arde. Contoh kabel jenis ini: NYM 3x2,5 mm², NYY 3x2,5 mm² dan sebagainya.
d. Penghantar quadruplex; kabel dengan empat
penghantar untuk mengalirkan arus 3 fasa dan netral atau 3 fasa dan pentanahan.
Susunan hantarannya ada yang pejal, berlilit ataupun serabut. Contoh penghantar
quadruplex misalnya NYM 4x2,5 mm², NYMHY 4x2,5mm² dan sebagainya. Jenis
penghantar yang paling banyak digunakan pada instalasi rumah tinggal yang
dibangun permanen saat ini adalah kabel rumah NYA dan kabel NYM.
6. Bahan Isolasi (Isolator Rol) Bahan isolasi
atau isolator dibuat dari porselen atau bahan lain yang sedrajat. Misalnya PVC,
dengan diameter yang besar ¾”. Pemasangan isolator ini harus kuat sehingga
tidak ada gaya mekanis lebih pada hantaran yang ditunjang. Untuk instalasi
dalam gedung, bahan ini sering disebut dengan rol isolator yang dipasang pada
langit-langit bagian atas. Pemasangan rol isolator ini harus diatur sehingga
jarak bebas antara hantaran-hantaran yang berlainan fasa tidak kurang dari tiga
sentimeter, dan jarak antara titik-titik tumpunya tidak lebih dari 1 meter.
Gambar 6a.
Rol isolator.
Gambar 6b.
Pemasangan rol isolator
7. Pipa Instalasi Pipa instalasi berfungsi
sebagai pelindung hantaran dan sekaligus perapi instalasi. Pipa instalasi dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu pipa baja yang dicat meni (sering disebut pipa
union); pipa PVC; pipa fleksibel. Di pasaran, pipa-pipa instalasi terdapat
dalam potongan empat meter dengan diameter yang bervariasi.
Syarat umum pipa instalasi ialah harus cukup
tahan terhadap tekanan mekanis, tahan panas, dan lembab serta tidak menjalarkan
api. Selain itu, permukaan luar maupun dalam pipa harus licin dan rata.
Pemakaian pipa baja yang berada dalam jangkauan tangan dan dipasang terbuka
harus ditanahkan dengan sempurna, kecuali pipa tersebut digunakan untuk
menyelubungi kabel bersiolasi ganda, misal NYM. Tindakan ini dimaksudkan
sebagai tindakan pengamanan terhadap kemungkinan kegagalan isolasi pada
hantaran dalam pipa. Pada ujung bebas, pipa baja harus diberi selubung masuk
(tule). Penggunaan pipa PVC memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
a. Daya isolasi baik, sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya gangguan tanah
b. Tahan terhadap hamoir semua bahan kimia,
jadi tidak perlu di cat;
c. Tidak menjalarkan nyala api; d) Mudah
penggunaannya. Kelemahan pipa PVC adalah tidak dapat digunakan pada suhu kerja
normal 60°C. Selain itu, di tempat-tempat yang diperlukan, pipa PVC harus
dilindungi dari kerusakan mekanis, misalnya pada tempat-tempat penembusan
lantai. Pipa yang tidak ditanam dalam dinding harus ditanam dengan baik
mengunakan klem yang sesuai dengan jarak antar klem tidak lebih dari satu meter
untuk pemasangan lurus.
8. Kotak
Sambung Penyambungan atau pencabangan hantaran listrik pada instalasi dengan
pipa harus dilakukan dalam kotak sambung. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi
sambungan atau percabangan hantaran dari gangguan yang membahayakan. Pada
umumnya bentuk sambungan yang digunakan pada kotak sambung ialah sambungan ekor
babi (pig tail), kemudian setiap sambungan ditutup dengan las dop setelah
diisolasi.
Selain itu, pada hantaran lurus memanjang
perlu dipasang kotak sambung lurus (kotak tarik) setiap panjang tertentu
penarik kabel untuk memudahkan penarikan hantaran. Pada kotak tarik ini apabila
tidak terpaksa, hantaran tidak boleh dipotong kemudian disambung lagi.
Macam-macam
kotak sambung antara lain seperti terlihat pada gambar 7.
a. Kotak ujung; sering disebut pula dos tanam
biasanya digunakan sebagai tempat sambungan dan pemasangan saklelar atau stop
kontak/kotak kontak
b. Kontak tarik; digunakan pada pemasangan pipa
lurus memanjang (setiap 20 m) yang fungsinya untuk memudahkan penarikan
hantaran ataupun tempat penyambungan,
c. Kotak sudut; sama seperti kotak tarik, hanya
penempatannya berbeda yaitu dipasang pada sudut-sudut ruang,
d. Kotak garpu; dipakai untuk percabangan
sejajar,
e. Kotak T atas; pemasangannnya disesuaikan dengan
penempatannya,
f. Kotak T kiri; pemasangannnya disesuaikan
dengan penempatannya,
g. Kotak T kanan; pemasangannnya disesuaikan
dengan penempatannya,
h. Kotak T terbalik; pemasangannnya disesuaikan
dengan penempatannya,
i. Kotak silang; disebut juga cross dos (x dos)
untuk empat percabangan,
j. Kotak cabang lima digunakan untuk lima
percabangan dengan empat cabang sejajar.
Gambar 7.
Macam-macam kotak sambung
9. Sakelar Fungsi sakelar adalah untuk
menghubungkan atau memutuskan arus listrik dari sumber ke pemakai/beban.
Sakelar terdiri dari banyak jenis tergantung dari cara pemasangan, sistem
kerja, dan bentuknya. Berdasarkan sisten kerjanya, sakelar dibagi menjadi
tujuh.
a. Sakelar tunggal Fungsi sakelat tunggal
adalah untuk menyalakan dan mematikan lampu. Pada sakelar ini terdapat dua
titik kontak yang menghubungkan hantaran fasa dengan lampu atau alat yang lain.
Gambar 8.
Bentuk Sakelar
b. Sakelar kutub ganda (majemuk ) Titik hubung
dwi kutub ada empat, biasanya digunakan untuk memutus atau menghubungkan
hantaran fasa dan nol secara bersama-sama. Sakelar ini biasanya digunakan pada
boks sekering satu fasa.
c. Sakelar kutub tiga (tri kutub) Sakelar
mempunyai enam titik hubung untuk menghubungkan atau memutuskan hantara fasa
(R, S, dan T) secara bersama-sama pada sumber listrik 3 fasa.
d. Sakelar kelompok Kegunaan sakelar kelompok
adalah untuk menghubungkan atau memutuskan dua lampu atau dua golongan lampu
secara bergantian, tetapi kedua golongan tidak dapat menyala bersamaan. Umumnya
sakelar ini dipakai sebagai penghubung yang hemat pada kamarkamar hotel,
asrama, dan tempat-tempat yang memerlukan.
e. Sakelar seri Sakelar seri adalah sebuah
sakelar yang dapat menghubungkan dan memutuskan dua lampu, atau dua golongan
lampu baik secara bergantian maupun bersama-sama. Sakelar seri sering disebut
pula sakelar deret.
f. Sakelar tukar Sakelar tukar sering disebut
dengan sakelar hotel karena banyak dipakai dipakai di hotel-hotel untuk
menyalakan dan memadamkan dua lampu atau dua golongan lampu secara bergantian.
Selain itu, sakelar dapat pula digunakan untuk menyalakan dan memadamkan satu
lampu atau satu golongan lampu dari dua tempat dengan menggunakan dua sakelar
tukar.
g. Sakelar silang Untuk melayai satu lampu atau
satu golongan lampu agar dapat dinyalakan dan dimatikan lebih dari dua tempat
dapat dilakukan dengan mengkombinasikan antara sakelar tunggal dan sakelar
silang. Yang harus diingat, sakelar pertama dan terakhir adalah sakelar tukar
sedangkan sakelar di antaranya adalah sakelar silang
Gambar 9. Macam-macam
sakelar, Lambang, Konstruksi, dan Pengawatannya
Berdasarkan
cara pemasangannya, sakelar dibedakan atas dua jenis, yaitu sakelar yang
dipasang di luar tembok dan sakelar yang dipasang di dalam tembok. Pemasangan
sakelar di luar tembok (out bow) dilengkapi denga roset sebagai tempat dudukan.
Pemasangan sakelar di dalam tembok (inbow) memerlukan mangkuk sakelar (dos
tanam) baik yang terbuat dari plat besi maupun plastik (PVC), sebagai dudukan
sakelar.
Berdasarkan
cara bekerjanya, sakelar dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Sakelar tarik; biasanya terdapat pada
fitting lampu dan untuk mengoperasikan digunakan seutas tali.
b. Tombol tekan; bila ditekan maka kontak
terhubung dan begitu dilepas maka kontak akan terputus kembali. Tombol
biasannya dipakai untuk bel listrik, tetapi ada pula tombol yang dalam keadaan
normal terhubung dan saat ditekan terputus. Misalnya tombol yang terpasang pada
pintu alnmari es untuk penyalaan lampunya.
c. Sakelar jungkit; saat ini lebih banyak
digunakan untuk menggantikan sakelar putar karen pengoperasiannya mudah.
d. Sakelar putar, sudah jarang digunakan karena
sudah ada penggantinya yaitu sakelar jungkit. Pemakaiannya hanya pada tempat
tertentu, misalnya: box sekering.
10. Fitting Fitting adalah suatu komponen listrik
tempat menghubungkan lampu dengan kawat-kawat hantaran. Ada bermacam-meacam
fitting, di antaranya fitting duduk, fitting gantung, fitting bayonet, dan
fitting kombinasi stop kontak seperti tampak gambar 10. Fitting terbuat dari
bahan isolasi, yaitu bakelit atau porselen.
Digunakan dari cara pemasangannya, ada yang
disebut fitting duduk dan fitting gantung
Gambar 10.
Aneka Jenis
Fitting Fitting duduk dipasang pada dinding ataupun langit-langit.
Bila
pemasangannya tidak dapat dilakukan secara langsung, perlu dipasang roset,
yaitu kayu maupun plastik sebagai tempat dudukannya. Pemasangan fitting gantung
tergantung pada langit-langit dengan menggunakan kabel snoer atau penguat tali
rami. Tali rami berfungsi sebagai penahan agar kabel tidak menanggung beban. Bila
ditinjau dari konstruksinya, fitting dibagi menjadi dua jenis, yaitu fitting
ulir dan fitting tusuk.
a. Fitting ulir; cara memasang lampu pada
fitting dilakukan dengan memutar lampu pada fitting. Fitting semacam ini juga
sering disebut Fitting Edison, yang tersedia dalam berbagai macam ukuran
disesuaikan dengan lampunya.
b. Fitting tusuk; cara memasang lampunya dengan
jalan menusukkan ke fitting. Fitting jenis ini terdapat dua macam, yaitu
fitting yang kaki kaki lampunya langsung dijepit atau disebut fitting bayonet
dan jenis yang lain ialah fitting tusuk putar, yaitu fitting yang setelah kaki
lampu ditusukkan kemudian diputar seperempat lingkaran atau disebut Fitting
Goliath. Fitting jenis Bayonet dan Goliath biasannya hanya digunakan pada
kendaraan, misal kapal laut, motor, dan mobil.
11. Kotak Pembagi Daya Listrik (PHB)/Distribusi
Panel (DP) Panel bagi di dalam instalasi listrik rumah/gedung merupakan
peralatan yang berfungsi sebagai tempat membagi dan menyalurkan tenaga listrik
ke beban yang memerlukan agar merata dan seimbang. Di dalam panel bagi terdapat
komponen antara lain rel (busbar), sakelar utama, pengaman, pengaman, alat-alat
ukur dan lampu indikator.
12. Rating Pengaman Rating pengaman yang dipakai
menurut PUIL harus sama dengan atau lebih besar dari arus nominal beban (I
pengaman > I nominal). Pengaman yang digunakan dalam instalasi listrik
adalah pemutus rangkaian (MCB) untuk pengaman tiap kelompok beban dan pemutus
rangkaian pusat (MCCB) untuk pengaman seluruh kelompok beban. Besarnya rating
arus MCB maupun MCB diperhitungkan arus beban yang dipikul atau dipasang di
dalam instalasi agar memenuhi syarat keamanan.
13. Perlengkapan Bantu Untuk memasang
peralatan-peralatan seperti dibahas diatas, diperlukan beberapa perlengkapan
bantu seperti:
a. Klem
(sengkang) Klem digunakan untuk menahan pipa agar dapat dipasang pada dinding
atau langit-langit. Klem dapat terbuat dari besi maupun bahan PVC. Ukurannya
disesuaikan dengan ukuran pipa. Klem dipasang menggunakan sekrup atau paku
dengan jarak antara satu dengan lainnya tidak lebih dari satu meter untuk
pemasangan pipa lurus memanjang. Adapun jarak klem dengan kotak sambung,
sakelar, stop kontak atau komponen lainnya maksimum 10 cm. Untuk meninggikan
pemasangan pipa dipakai klem dengan pelana.
b. Isolasi Digunakan untuk mengisolasi
sambungan kabel agar tidak terhubung dengan kabel yang lain selain itu juga
berfungsi untuk melindungi daya kerja penghantar listrik atau kabel
Lasdop lasdop berguna untuk menutup sambungan
kabel agar tersambung dengan kuat selain itu juga berfungsi sebagai isolasi
kabel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar