Belajar merupakan sikap menerima, sedangkan berdoa merupakan permohonan. Agar yang diterima sesuai dengan permohonan maka diperlukan berdoa.
Jumat, 20 Desember 2013
AMBIL LEMAHNYA, UNTUK BERHASIL DENGAN DO'A
MARI kita renungkan bersama, bahWa kita makhluk yang unggul, baik dari
akal, nalar maupun nurani. Malaikat, setan, jin iblis dan hewan jenis
yang tidak memiliki sifat seperti kita, namun bila nur yang dihati telah
hilang, kita melebihi dari makhluk Allah lainnya.Sebagai hamba Allah
yang unggul, seharusnya patut besyukur setiap sa'at. Bukakah dengan
banyak bersyukur kita akan ditambah rahmat & nikmat dari NYA ?
Mengapa kita selalu berkhianat dengan isi hati kita ? Kapan kita dapat
sadar dengan sepenuhnya?. Kenapa kita setiap ada masalah selalu belum
bisa menerima apa adanya? Semoga kita mulai sadarkan diri. Sadar dengan
sesungguh hati.Manusia memang merupakan suatu makhluk unik dan aneh.
Kita cepat menerima suatu kepuasan atas kemenangan yang kita peroleh.
Kita cenderung ingin dunia mengetahui tentang kemenangan kita. Memang
wajar jika kita menginginkan orang lain melihat ke arah kita karena
kemenangan kita, itu sangat manusiawi. Tetapi sebaliknya, manusia juga
dengan cepat menyalahkan orang lain untuk setiap kemunduran, kesulitan
dan berbagai “bentuk perlawanan” yang terjadi. Mungkin saja benar, bahwa
di dalam dunia yang kompleks ini ada orang lain yang memang merugikan
kita. Tetapi sangat benar juga bahwa kita lebih sering merugikan diri
kita sendiri. Kita seringkali merugi karena “kekurangan pribadi” kita,
mungkin beberapa kesalahan pribadi. Oleh karena itu, sekarang ini
cobalah Anda bersikap obyektif! Ingatkanlah diri Anda sendiri, bahwa
Anda ingin menjadi sosok manusia sesempurna mungkin secara manusiawi.
Coba lihatlah, apakah Anda mempunyai kelemahan yang tidak pernah Anda
lihat sebelumnya? Jika Anda terbukti mempunyai kelemahan itu, segeralah
bertindak untuk mengoreksinya menjadi lebih baik. Pada umumnya,
seringkali orang begitu terbiasa dengan dirinya sendiri, sehingga mereka
sering lupa untuk melihat kekurangannya sendiri dan lupa bagaimana
cara-cara untuk memperbaiki dirinya. Orang yang apatis paling berucap
nasib-nasib kok begini terus. Dahulu saya juga punya pandangan keliru
terhadap “nasib”. Lebih dari 15 tahun lalu, saya seringkali juga
“menyalahkan nasib” jika saya gagal dalam memperoleh sesuatu keinginan
dan sasaran saya. Sering saya berkata, “Saya tidak mengerti kenapa itu
semua, mungkin itu memang sudah menjadi jalannya…”. “Memang sepertinya
itu sudah nasib saya, suratan takdir saya begitu…”. “Sepertinya nasib
saya lagi sial tahun ini…”. Tetapi itu adalah saya pada saat 15 tahun
lalu, yang mungkin saja ada kesamaannya dengan Anda. Sekarang ini sudah
jelas saya telah berubah dalam bersikap terhadap “nasib” ini. Daripada
habis energi menyalahkan “nasib”, lebih baik kita “meneliti sebab-sebab
kekalahan”, “kemunduran” atau “kerugian” yang menimpa kita, apapun
bentuknya. Jika kita dalam posisi kalah, belajarlah dari kekalahan itu.
Kebanyakan orang menjalani kehidupannya untuk menjelaskan keadaan mereka
yang “biasa-biasa” saja dengan “nasib sial” atau “nasib buruk” yang
mereka alami. Mereka ini sampai lupa menyadari, bahwa mereka “gagal
melihat peluang” untuk bertumbuh lebih besar, lebih kuat, dan lebih
percaya diri dalam mengarungi samudra kehidupan selanjutnya, karena
selalu menyalahkan nasibnya. Berhentilah menyalahkan nasib. Menyalahkan
“nasib” tidak akan pernah membawa kita ke tempat sasaran tujuan
kehidupan yang kita idam-idamkan. Ketahuilah bahwa Allah menciptakan
dunia ini dalam bentuk yang seimbang, ada hukum keseimbangan yang harus
selalu kita ingat. Ada hukum sebab-akibat yang mutlak. “Nasib" baik atau
buruk, semuanya merupakan suatu sebab dan akibat sebuah hukum universal
sifatnya. Thomas Alva Edison sang Penemu bola lampu pijar, berapa kali
Edison mencoba membuat agar bola lampu pijarnya bisa menyala? Konon pada
percobaan yang ke 10.000 (sepuluh ribu) kali, Edison akhirnya berhasil
membuat bola lampu pijarnya “benar-benar berpijar”…menyala terang. Kalau
kita cermati kisah Thomas Alva Edison ini, ada hal yang bisa kita
jadikan petik sebagai pelajaran kehidupan, yaitu “ketekunan”, fokus dan
kuasai sistem kehidupan ini. Dalam percobaan-percobaannya atau
eksperimen. Thomas Alva Edison benar-benar seorang yang memiliki
ketekunan dalam bereksperimen bola lampu pijarnya. Dia selalu melihat
sisi baik dalam setiap percobaannya yang gagal, dia juga menolak tegas
rasa putus asa atau frustasi. Dia juga memiliki keberanian mengkritisi
dirinya sendiri secara konstruktif, menyelidiki kesalahan dan
kelemahannya untuk kemudian diperbaiki. Edison telah berhasil
mempelajari suatu kemunduran untuk melicinkan jalan menuju suatu
keberhasilan. Dia berhasil belajar dari kekalahan kemudian melanjutkan
untuk menang pada kesempatan berikutnya. Di dalam Al-Qur’an, Surat
Al-Muddatstsir, ayat 37 - 38 juga ada terjemahan sebagai berikut,
“(yaitu) bagi siapa saja di antaramu yang berkehendak akan maju atau
mundur. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya”. Maju terus pantang untuk mundur. Itulah keputusan yang
diambil oleh Thomas Alva Edison, yaitu dia mengambil keputusan tepat
untuk maju terus di dalam setiap usahanya menciptakan bola lampu pijar.
Apa pun yang yang dialaminya saat proses membuat bola lampu itu, dia
tetap bersikukuh untuk melangkah maju terus pantang mundur. Kegagalan
yang dialami oleh Edison tersebut, itu hanya bermakna kegagalan di mata
orang lain, tapi di dalam pandangan Edison, kegagalan itu merupakan
kemajuan yang harus diraihnya sampai bola lampu pijar tersebut akhirnya
benar-benar tercipta. Edison telah sadar bahwa kegagalanya merupakan
bagian keberhasilan yang tertunda. Dalam matematik seberapa besar
instrumen pasti ada satu kemungkinan yang pasti berhasil? Kenapa kita
tidak fokuskan diri pada cara untuk menuju keberhasilan. kita sering
terbelenggu dengan hasil yang terimpi-impikan, tetapi tidak fokus pada
cara untuk menuju keberhasilan.Artinya pikirkan cara untuk meraih
keberhasilan daripada pikirikan hasil terlebih dahulu. Edison sangat
meyakini bahwa semua tindakannya menciptakan bola lampu itu adalah
tanggung jawab pribadinya dengan berbagai cara untuk berhasil
menciptakan bola lampu yang kita nikmati sekarang ini, dan dia
memutuskan untuk mengambil tanggung jawab tersebut. Sikap seperti inilah
yang dimaksudkan oleh ayat suci Al-Qur’an di atas. Manusia bebas untuk
berkehendak, mau maju atau mau mundur, itu terserah Anda, Allah tidak
akan ikut “campur tangan” di awal Anda mengambil keputusan itu. Kisah
Thomas Alva Edison di atas tersebut, yang bisa Anda gunakan sebagai
acuan bagaimana sebaiknya bersikap terhadap nasib. Oleh karena perbedaan
antara keberhasilan dan kegagalan, dapat ditemukan pada sikap dan
respons orang terhadap suatu kemunduran, keputusasaan, kesengsaraan,
kesulitan dan berbagai situasi lainnya yang jelas-jelas
mengecewakan.Fokuslah pada cara untuk menuju keberhasilan, Insya Allah
hasil akan signifikan dengah jerih payah yang kita lakukan.Kita bisa
mengambil beberapa pedoman untuk Anda jadikan pegangan dalam membantu
Anda MENGUBAH KEKALAHAN MENJADI KEMENANGAN,FOKUS TERHADAP CARA MENUJUU
KEBERHASILAN SAMPINGKAN SEMENTARA HASIL YANG AKAN KITA DAPATKAN. yaitu:
menggabungkan sifat ketekunan dengan eksperimen; memiliki keberanian
mengkritisi diri sendiri secara konstruktif, dan mempelajari kemunduran
untuk melicinkan jalan menuju keberhasilan, selalu melihat sisi baik
dalam setiap situasi apapun dan berhenti menyalahkan nasib. Selalu
ingatlah, bahwa nasib itu ada di tangan manusia itu sendiri, Tuhan tidak
akan mengubah nasib Anda, sebelum Anda mau melakukan tindakan untuk
mengubah nasib Anda lebih dulu. Nasib bukan suatu terminal akhir
kehidupan manusia, tetapi suatu halte pemberhentian untuk sadar diri,
refleksi diri, guna mengarahkan kompas kehidupan ini yang lebih terarah
pada target kehidupan kelak nanti yang lebih hakiki.Kompas kehidupan
tidak akan tepat sasaran bila tanpa ada unsur do'a untuk menyertainya.
Kekuatan do'a akan lebih mengarahkan getaran dan fibrasi dari jarum
kehidupan itu sendiri. Didalam Alqur'an telah di sebutkan bahwa
:Berdoalah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari dari menyembah-Ku akan masuk
neraka jahannam dalamkeadaan hina dina."(QS,al-Mu`min:60)"Barangsiapa
yang tidak berdoa kepada Allah maka Allah murka
kepadanya."(HR.Tirmidzi)Doa sebagai ekspresi dzikrullah merupakan
saripati ibadah yang dapat memberikan kesadaran diri (self
awareness),senantiasa merasakan kehadiran Allah dan pengakuan kelemahan
diri kita. Doa pada dasarnya bukan sekedar ritual melainkan sebuah oase
di tengah gurun kegersangan ruhani dan di tengah rimba keresahan
duniawi.Doa adalah ritual yang sakral setiap manusia, Karena dengan do'a
hati lebih tenang akan target hidup ini. Doa yang benar akan membawa
keteguhan dalam prinsip hidup. Dengan doa pula seseorang akan memiliki
sikap optimis, karena doa pada hakekatnya merupakan rintihan,curahan
hati ( Qolbu )dan harapan akan curahan pertolongan seorang hamba kepada
Khaliqnya ( Allah SWT ). Karena doa merupakan dzikrullah,maka ia
otomatis tidak dapat dipisahkan dari keimanan kepada Allah,Zat yang
senantiasa ada untukdipuja dan dimohon dan telah memerintahkan hamba-Nya
untuk tidak jemu memohon kepada-Nya.Allah SWT mencintai hamba-Nya yang
rajin berdoa secara benar dan kontinyu. bukankah setiap sehabis sholat
akan lebih tenang? Ritual sholat adalah rangkaian do'a, didahului dengan
bersuci diisi denga do'a diakhiri dengan syukur dan permohonan.
Alangkah indah dan penuh makna hidup ini bila ritual ini tanpa henti dan
tepat diri untuk dijalani.Doa tidak sekedar takut yang melahirkan jiwa
tabah,berani dan rasa harap yang melahirkan jiwa yang optimis dan
menumbuhkan motivasi, tapi juga terdapat gelora cinta yang menghidupkan
dan menerangi jiwa sehingga akan semakin mesra hubungan dengan Allah
sang Maha Kekasih."Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka
yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka ,bertambah kuat imannya dan hanya kepada
Rabb mereka bertawakal." (QS al-Anfal:2)Doa dalam ayat-ayat al-Qur`an
Banyak dalam ayat-ayat al-Qur`an yang baik untuk dibaca dan dihafalkan
dalam doa sehari-hari.Al-Baqarah:250,286,
Ali`Imran:8,147,191-194Al-`Araf:23Al-Kahfi:10An-Naml:19Al-Furqon:74As-Syu`ara`:83-87Al-Ahqaf:15Al-Hasyr:10At-Tahrim:11Di
dalam Alquran disebutkan bahwa Allah hanya mengiyakan persangkaan
hambanya. Jika hamba-Nya berprasangka baik, maka baiklah yang akan
terjadi. Sebaliknya, jika hamba-Nya berprasangka buruk, maka hal
buruklah yang akan terjadi.Maka disa'at ucapkan dengan kalimat-kalimat
yang baik, tanpa memohon yang bersifat mencelakai orang lain. Ingat
bahwa do'a adalah dahsyat kekuatannya. Pada prinsipnya berdoa adalah
ucapan dengan rasa yang intunatif,naik turun, panjang dan pendek
diucapkan saat berdo'a. Do'a merambat pada media lain menembus udara,
langit dan lapisanya. Bukankah dalam ilmu fisika, setiap berda
bermolekul, setiap molekul beratom dan setiap atom memiliki inti, pada
inti bila terbagi akan membagi jadi inti atom yang biasa disebut
quantum.? Sehingga do'a bila diucapkan dengan tilus dan sepenuh hatiakan
cepat bisa merambat media tadi.Semua benda pada hakikatnya adalah
bagian dari quanta yang saling memancarkan getaran elektromagnetik. Bila
benda berfibrasi seiring dengan lantunan do'a maka rambatanya akan
sampai ke haribaanNYA (Allha SWT ).Hanya saja ada yang rapat dan ada
yang renggang rambatanya tergantung dengan ketulusan dan kesungguhan
saat berdo'a. Berdasarkan konsep kuantum, maka doa sangat memiliki
kekuatan yang dahsyat jika kita mengetahui berdoa yang benar. Dalam
berdoa kita harus membayangkan secara detil apa yang kita minta.
Kemudian, kita harus merasakan jika Allah telah mengabulkan doa kita.
Setelah itu, ucapkan syukur kepada Allah karena Dia sudah mengabulkan
doa kita. Do'a adalah ucapan hati yang diteruskan oleh inderawi,
Inderawi mngeluarkan getaran dan frekwensi yang intensitasnya
terbagi-bagi. Dari intensitas getaran tervibrasi akibat alunan do'a yang
larut dengan intunasi setiap do'a akan membelah alam ini. Saat doa yang
paling baik adalah sebelum tidur, di saat alam sadar akan beralih ke
alam bawah sadar. Sebenarnya kita berupaya mengkondisikan alam bawah
sadar yang merupakan 88% dari pikiran kita. Alam sadar hanya mengambil
porsi 12% dari pikiran kita.Saat tidur otak sadar kita beristirahat dan
tingkat kesadaran kita berubah dari beta ke alfa dalam ilmu pemahaman
quanta.Karena itu, sayang sekali jika tidak mengoptimalkan alam bawah
sadar ini. Semoga tulisan ini memberikan pencerahan diri bagi kita
semua,untuk lebih mendekatkan diripada Ilahi. Sering kali kita alami
fluktuasi hidup ini, apalagi diera kali ini, penuh dengan cobaan bencana
yang silih berganti, membuat kita jadi ngeri. Kapankah Negeri ini akan
lebih jaya dan mandiri ?.. Jangan menyerah pada NASIB, lebihlah sadarkan
diri akan salah dan dosa yang telah kita jalani. Bertobatlah segera dan
Berdo'alah untuk mohon ampuanNYA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar