BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghadapi
pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini serta tuntutan
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi
persaingan global, telah menempatkan sektor pendidikan pada posisi yang
sangat menentukan. Berbicara mengenai sektor pendidikan akan melibatkan
banyak unsur seperti guru,siswa, pemerintah,masyarakat dan faktor
penunjang lainnya.Dari sekian banyak faktor yang berperan serta dalam
kemajuan pendidikan, semuanya saling kait mengkait. Akan tetapi faktor
guru merupakan sesuatu yang bisa dikatakan sangat penting sekali. Guru
adalah seorang sutradara yang dapat mengarahkan situasi dan kondisi yang
bagaimanapun untuk mencapai tujuan.
[1]
Proses pembelajaran siswa di sekolah diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya.
[2]
Berbicara mengenai mutu pendidikan yang melahirkan sumber daya manusia,
maka prestasi siswa di sekolah dapat dijadikan sebagai cermin mutu
pendidikan tersebut. Laporan Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta
menunjukan bahwa mutu mata pelajaran Bahasa Inggris masih jauh dari
cukup yaitu sebesar 5.14 untuk seluruh SLTP di Jakarta.
[3]Dengan
adanya Undang-Undang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS) berarti ada
landasan yang kuat sebagai tempat berpijak bagi semua faktor yang
terlibat dalam kemajuan pendidikan di negara ini. Semua yang terlibat di
dalam lingkaran pendidikan diharapkan mempunyai kemampuan teknis dalam
membuat rencana, melaksanakan, maupun mengevaluasi program. Guru sebagai
ujung tombak dalam proses pembelajaran sebaiknya mempunyai kemampuan
yang baik dalam melaksanakan tugasnya.
Tugas pokok dan fungsi guru
adalah membuat rencana pembelajaran, melaksanakan program, melaksanakan
evaluasi, menganalisis hasil evaluasi dan melakukan tindak lanjut. Pada
akhir proses pembelajaran dilakukan penilaian yaitu serangkaian kegiatan
untuk memperoleh informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan.
[4]
Penilaian di sekolah dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan
informasi tentang hasil belajar atau tingkat pencapaian siswa tentang
materi yang sudah disampaikan guru.
Untuk memperoleh data hasil
belajar siswa, maka dilaksanakan pengukuran dengan menggunakan alat
berupa tes. Data yang diperoleh diolah sehingga akan mendapatkan
tafsiran gambaran prestasi belajar siswa secara menyeluruh dan
komprehensif. Data tersebut akan dijadikan acuan untuk mengambil
keputusan apakah siswa sudah menguasai materi yang disampaikan guru atau
belum. Penilaian kegiatan belajar mangajar perlu dilakukan dengan
sebaik-baiknya, yaitu dengan menggunakan tes yang berkualitas baik dan
standar. Untuk melaksanakan hal tersebut para guru perlu memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam membuat soa-soal yang sesuai dengan
kaidah penulisan soal. Soal dikatakan baik apabila (1) menetapkan tujuan
tes,(2) analisis kurikulum(3) analisis buku pelajaran (4) menyususn
kisi-kisi (5) memilih indikator (6) menulis soal (7) uji coba (8) revisi
(9) merakit soal.
[5]
Dalam sebuah seminar penulisan tes prestasi belajar di pusat pengujian
tahun 1997, Jim Tognolini seorang ahli penyusunan tes dari New South
Wales University , mengatakan bahwa 80 % soal yang dibuat guru mematikan
daya kreativitas siswa dan tidak mengukur dengan cermat kemampuan yang
hendak diukur. Hal ini terjadi karena guru tidak serius dalam
merencanakan dan membuat tes. Sebagaimana diketahui , tinggi rendahnya
tingkat pencapaian siswa dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas. Banyak penelitian yang mencoba mengungkap tingkat
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran akan tetapi sangat sedikit
yang menyinggung tentang kualitas soal yang dibuat guru.
Keberhasilan
pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan, diantaranya mengadakan pelatihan, memperbaharui kurikulum,
melengkapi sarana prasarana dan banyak usaha lainnya. Dalam SISDIKNAS
jika dipelajari dengan seksama ada unsur yang sangat penting yaitu
tegaknya eksistensi manusia Indonesia di tengah bangsa-bangsa lain di
muka bumi ini.[6]
Untuk tujuan itulah sekolah sebagai lembaga formal yang mencetak sumber
daya manusia haruslah lebih bertanggungjawab dalam proses peningkatan
mutu pendidikan.
Sejalan dengan perubahan kurikulum, penerapan bentuk
soal pilihan ganda lebih mendominasi bentuk soal dalam membuat alat
ukur terutama sejak adanya standar ujian akhir tingkat nasional. Asumsi
sementara masih banyak guru yang belum mampu menyusun tes sesuai dengan
kaidah yang berlaku yaitu kaidah cara pembuatan tes yang standar.
Pengetahuan tentang tes yang standar, khususnya dalam menyusun tes
prestasi belajar yang baik merupakan komponen yang harus dikuasai oleh
setiap tenaga pendidik atau guru. Hal ini karena informasi yang
diperoleh dari hasil penilaian dan pengujian sangat berguna untuk
melihat keberhasilan program yang dilaksanakan di berbagai jenjang
pendidikan.
Kesiapan guru mengajar diperlihatkan dengan kemampuan
mereka menyusun soal dalam tes prestasi belajar baik soal untuk ulangan
harian maupun ulangan akhir semester dan ujian akhir pendidikan tingkat
SLTP. Kenyataan yang berlangsung selama ini adalah sekolah lebih suka
mengadakan ulangan akhir semester secara bersama artinya sanggar
menghimpun hanya beberapa orang guru saja pada setiap mata pelajaran
untuk menyusun tes. Hal ini berdampak pada tidak terbiasanya sebagian
besar guru untuk mempersiapkan tes yang baik pada ulangan harian.
Disamping itu ketidakmampuan guru membuat tes yang baik bisa juga
disebabkan tidak adanya motivasi guru tersebut karena tidak ada
pengawasan yang ketat dari pihak yang berkompeten untuk mengawasi
kinerja guru. Kenyataan di lapangan masih kurangnya pemerhati pendidikan
untuk mengkaji atau memperhatikan pentingnya mutu tes buatan guru dalam
rangka menjaring informasi yang akurat untuk mengambil keputusan baik
secara lokal, rigional ataupun secara nasional.
B. Identifikasi Masalah
Mengajar
di kelas tidak cukup hanya memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan yang
akan diajarkan semata, tetapi juga perlu menguasai metodologi
pengajaran, menyusun rencana, pandai memberi motivasi siswa, mempunyai
motivasi untuk berhasil serta tepat dalam memilih alat ukur dan mampu
membuat alat ukur yang akurat.
Setiap guru memerlukan
keterampilan-keterampilan tersebut di atas dan sekaligus merupakan
tantangan baginya bila ingin maksimal dalam menjalankan tugas. Akan
tetapi dari sekian banyak persoalan tersebut di atas ada satu hal yang
sangat memerlukan perhatian lebih oleh pengelola pendidikan yaitu
evaluasi. Melalui evaluasi yang baik akan didapat informasi yang akurat
tentang kemajuan belajar siswa serta melihat ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Tes yang dipandang paling objektif dalam mengukur hasil
belajar adalah tes pilihan ganda. Popham mengatakan bahwa keunggulan
tes pilihan ganda menuntut kecermatan dan kehati-hatian siswa dalam
memilih alternatif jawaban dari beberapa jawaban yang memiliki perbedaan
kebenaran sangat sedikit. Di Amerika Serikat dan negara maju
lainnya,tes bentuk pilihan ganda telah mendominasi selama beberapa
dekade sebagai tes untuk mengukur prestasi belajar.
[7]
Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh tes bentuk ini, anatara lain
sifatnya komprehensif, pemberian skor mudah, cepat dan objektif tinggi,
karena menggunakan lembar jawaban menjadi efisien dan hemat, kualitas
butir dapat dianalisis secara empirik dan umumnya memiliki reliabilitas
memuaskan.
[8] Akan tetapi dalam pelaksanaan ulangan harian guru juga dituntut untuk bisa membuat tes bentuk uraian secara baik.
Sesungguhnya
banyak permasalahan yang berkaitan dengan evaluasi, seperti (1)
bagaimana kemampuan guru menyusun tes prestasi belajar,(2) apakah guru
mampu menyusun tes yang baik dan standar, (3) apakah sikap terhadap
profesi guru mereka positif, (4) Bagaimana pengetahuan guru tentang tes
yang standar,(5) apakah ada hubungan antara sikap terhadap profesi guru
dengan kemampuan mereka menyusun tes yang bermutu, (6) bagaimana motvasi
guru untuk berprestasi maksimal, (7) apakah ada hubungan anatara
motivasi berprestasi guru dengan mutu tes yang mereka buat, (8)
bagaimana motivasi guru dalam menjalankan tugas, (9) apakah ada
fasilitas yang dapat mengembangkan pengetahuan guru, (10) bagaimana
penguasaan guru terhadap mata pelajaran (11) apakah ada hubungan antara
sikap terhadap profesi guru dan motivasi berprestasi mereka terhadap
mutu tes yang mereka buat, (12) seberapa besar kesempatan guru
mengembangkan ilmu mereka, (13) bagaimana siskap dan tanggungjawab
mereka terhadap profesi keguruan. Semua masalah ini adalah persoalan
yang perlu dicari jawabannya dan sangat berpengaruh pada mutu tes yang
mereka buat.
Seluruh permasalahan di atas tidak mungkin dapat
diteliti sekaligus karena akan berhadapan dengan berbagai kesulitan
terutama waktu dan biaya. Dengan pertimbangan hal tersebut maka dipilih
sikap terhadap profesi guru serta motivasi berprestasi guru dinyatakan
sebagai variabel bebas sedangkan mutu tes yang dihasilkan sebagai
variabel terikat.
C. Pembatasan Masalah
Banyak variabel
yang dapat mempengaruhi kualitas tes yang dibuat guru terutama tes
bentuk pilihan ganda dan uraian. Oleh karena itu dalam penelitian ini
variabel yang akan diteliti hanya difokuskan pada hubungan variabel
sikap terhadap profesi dan motivasi berprestasi guru dengan mutu tes
yang dibuat guru. Ketiga variabel ini dapat diteliti pada semua guru di
seluruh Indonesia akan tetapi karena beberapa keterbatasan penelitian
ini hanya dilakukan pada guru Bahasa Inggris tingkat SLTP di Jakarta.
Begitu banyak pertanyaan yang menghendaki jawaban. Namun untuk keperluan
penelitian ini ruang lingkup masalah perlu dibatasi. Batasannya adalah :
1. Mutu Tes buatan guru.
2. Sikap terhadap profesi .
3. Motivasi berprestasi.
D. Perumusan Masalah.
Dari
uraian dalam latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi guru dengan mutu tes buatan guru?
2. Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi guru dengan mutu tes buatan guru?
3.
Apakah terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi guru dan
motivasi berprestasi secara bersama dengan mutu tes buatan guru?
E. Manfaat Menelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pemerintah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas
guru dalam melaksanakan tugas mereka. Untuk para guru, khususnya guru
Bahasa Inggris SLTP, penelitian ini diharapkan dapat membuka tabir
kegelapan yang selama ini kurang diperhitungkan dan digunakan sebagai
bahan masukan untuk introspeksi diri tentang pelaksanaan tugas selama
ini terutama tugas guru yang berkaitan dengan melaksanakan
evaluasi.Untuk pemerintah daerah dimana penelitian ini berlangsung dapat
dijadikan masukan dalam membuat kebijakan ke depan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di daerahnya terutama bagi dinas pendidikan dasar.
Untuk para peneliti yang berminat pada masalah yang sama, hasil
penelitian ini dapat menjadi acuan guna penelitian lebih lanjut serta
akan memperoleh hasil yang dapat dipercaya serta diharapakan sangat
berguna bagi pemerhati pendidikan agar lebih tertarik meneliti
pengetahuan dan kecakapan guru dalam menyusun tes prestasi belajar. .
[1] John Goodlad.1992 Behind The Doors. New York : The Free Press, h. 65
[2]
Anonim. 1999. Undang-undang sistem Pendidikan Nasional Dan Peraturan
Pelaksanaannya. Jakarta: Sinar Grafika,h.4
1
[3] Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta.2002 Hasil Ujian Akhir NasionalSLTP di DKI Jakarta.
[4] Suharsimi Arikunto.1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan .Jakarta: Bumi Aksara.h.3.
5 Suke Silverius. 1991.Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik .Jakarta: PT: Gramedia. h.13.
[6] Soebagio Atmodiwiro. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta :PT Ardadizya. 2000. h. 29.
[7] W.James Popham.1995. Classroom Assessment, What Teachers Need to Know Needham Height Allyn and Bacon. h.105.
[8] Saifudin Azwar. 2000. Tes Prestasi , Fungsi dan Penegmbangan Pengukuran Prestasi Belajar .Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h.75.
apanya informasinya enggak jelas. gk ada kajian teorinya
BalasHapus